Jumat, 23 Oktober 2009

Hari Kathina

Hari Suci Kathina adalah hari suci agama Buddha untuk menunjukkan rasa baktinya kepada Sangha. Ada juga yang menyebut Hari Kathina sebagai hari Sangha.

Hari Suci Kathina dirayakan di bulan Kathina dalam kalender Buddhis atau sekitar bulan November di kalender Masehi. Hari Kathina ini dirayakan sekitar empat bulan setelah hari raya Asadha.

Kata Kathina berarti pakaian pahala yang diberikan setiap tahun kepada Sangha sesudah pengunduran diri selama Vassa (bahasa Pali) atau varsa (bahasa Sansekerta).
Vassa umumnya dikenal sebagai Bhansa-kala (Thai). Selama Bhansa-kala semua bhikkhu mengundurkan diri khusus untuk diabdikan pada meditasi atau pemeriksaan diri ke tempat yang sepi selama kurang lebih 90 hari. Kathina merupakan satu ajaran yang harus ditaati oleh para Bhikkhu seperti diterangkan di dalam Vinaya.

Dalam aliran Utara, jangka waktu vassa dimulai pada hari ke 16 dari bulan keempat dan berakhir pada hari ke 15 dari bulan ke 7 dari penanggalan Tionghoa, atau sekitar mulai bulan Mei/Juni dan berakhir pada bulan Oktober/November.

Dalam Mahayana Tionghoa dikatakan bahwa Vassa adalah dalam musim panas, maka dari itu Bhansa-kala Tionghoa jatuh dua bulan lebih dahulu dari Bhansa-kala Muangthai.

Pada kenyataannya, varsa-kala atau Bhansa-kala sama artinya dalam bahasa Sansekerta maupun bahasa Pali, Bhansa berarti hujan dan kala berarti waktu. Jadi, Bhansa-kala berarti musim hujan.


Sejarah Khatina:

Pada suatu ketika Sang Buddha berdiam di Vihara Jetavana di kota Sravasti, maka kabar itu tersebarlah kepada sejumlah Bhikshu Aranyaka (dalam naskah Pali dikatakan jumlah bhikshu tersebut 30 orang) dari berbahai tempat pertapaan dan jurusan hutan Pateyya, dan semuanya adalah Arya Sangha. Mereka meninggalkan tempat mereka menuju ke kota Sravasti dengan maksud menghaturkan hormat kepada Sang Buddha.

Mereka berjumpa satu sama lainnya secara kebetulan di jalan dekat kota Saketa yang letaknya kira-kira 60 mil dari Sravasti. Ketika para Bhikshu tersebut tiba di kota Saketa, Bhansa-kala sudah dimulai. Maka terpaksa mereka berdiam di kota Saketa selama lebih kurang 90 hari sesuai dengan peraturan pertapaan yang berlaku.

Setelah 90 hari pengunduran diri itu, hujan tidak henti-hentinya turun dengan derasnya, sehingga tanah dan jalan-jalan tergenang air serta lumpur. Tetapi oleh karena para Bhikshu itu berkeras hendak berangkat selekas mungkin ke kota Sravasti demi menghaturkan sembah sujud mereka kepada Sang Buddha, maka berangkatlah mereka walaupun hujan turun dengan derasnya.

Setiba di Sravasti mereka langsung menuju ke Vihara Jetavana dan menjatuhkan diri mereka memberikan sujud kepada Sang Buddha. Sang Buddha melihat bahwa mereka masih basah kuyub dari kepla hingga jari kaki, pakaian mereka basah dan penuh lumpur. Sang Buddha menanyakan pada mereka apa yang telah terjadi, dan mereka pun menceritakan seluruh kejadian itu.

Sang Buddha bergembira mendengar kebhaktian dan pengabdian mereka, dan memberikan ijin untuk segera menukar pakaian/jubah mereka yang basah kuyub itu. Kemudian Sang Buddha mengeluarkan perintah Kathina agar para anggota Sangha mendapatkan satu pakaian baru setahun sekali setelah kesukaran pada para Bhikshu Aranyaka yang tinggal di hutan.

Peraturan untuk melaksanakan Kathina

  • Upacara Kathina dilakukan setahun sekali dalam jangka waktu satu bulan dimulai dari hari sudah berakhir masa vassa berakhir. Dalam aliran Utara, dimulai pada hari ke-16 bulan ke-8 menurut tanggal Tionghoa. Dalam aliran Selatan dimulai pada hari ke-16 bulan ke-11 sampai hari ke-12 bulan ke-12 menurut penanggalan Thailand.
  • Suatu Vihara harus mempunyai dewan yang terdiri atas sekurang-kurangnya 6 anggota Sangha, dengan seorang ketua yang berwenang untuk mendengarkan pengakuan kesalahan, memberikan absolusi dan mendiksakan selama jangka waktu Bhansa-kala dan kompeten untuk melaksanakan upacara Kathina.
  • Sebuah vihara yang penghuni anggota Sangha-nya kurang dari 5 Bhikkhu pada Bhansa-kala, tidak kompeten untuk melaksanakan upacara Kathina (untuk Mahayana).
  • Suatu vihara hanya diijinkan untuk melakukan upacara Kathina setahun sekali.

Khusus untuk para Bhikkhu, yang mendapatkan jubah Kathina ialah mereka yang paling berjasa dan patuh di dalam menjalankan Vinaya dalam masa Vassa tersebut. Pemberian jubah Kathina ini diserahkan atas dasar pertimbangan Sangha. Bhikkhu yang mendapat jubah Kathina adalah seorang Bhikkhu yang dinilai paling tekun dan patuh dalam menjalankan Vinaya.

Pahala dari melakukan kebajikan hari Kathina

Sehubungan dengan pencapaian pahala kebajikan dari Kathina Sang Buddha mnyatakan bahwa kebajikan ini akan lebih tinggi nilainya dibandingkan dengan memberikan persembahan kepada Sang Buddha sendiri.

Dalam Daksina Vibhangga Sutra dijelaskan:
"Pada suatu ketika, Sang Buddha berdiam di kota Kapilavastu, Maha Pajapati Gotami memberikan persembahan sepotong kain yang ditenunnya sendiri. Sang Buddha menolak pemberian tersebut dan mengatakan agar kain tersebut dipersembahkan keoada Sangha supaya pahalanya lebih tinggi. Berulang-ulang kali Mahapajapati Gotami memohon agar Sang Buddha berkenan menerimanya, tetapi Sang Buddha tetap mengulangi nasehatnya. Ananda yang bertindakselaku pelayan Sang Buddha juga turut memohon belas-kasih Sang Buddha agar menerima kain persembahan tersebut berdasarkan kesucian pengabdian Mahapajapati dalam kepercayaannya bahwa pahala dari pemberian itu akan menjamin kebahagiaan baginya...."

Dari kutipan di atas jelaslah bahwa berdana kepada Sangha sangat bermanfaat bagi si pemberi dan juga bagi si penerima.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian persembahan Kathina:
Barang/persembahan hendaknya yang dapat digunakan oleh seorang Bhikkhu untuk mendukung kehidupan suci.
Saat sebelum memberikan dan saat memberikan persembahan (harus dengan berbahagia)
Saat persembahan Kathina diberikan selama musim Kathina.



Disadur dari: Diktat Kuliah Agama Buddha. Makalah karangan Bhikkhu Sumananyano.

Kamis, 15 Oktober 2009

Manfaat Berdana Makanan

Manfaat dari orang yang berdana makanan:
- Ia mendanakan kehidupan,
- Kecantikan,
- Kebahagiaan,
- Kekuatan, dan
- Kecerdasan.
Ia telah menanam benih kehidupan, yang bermanfaat untuk dirinya sendiri,
baik untuk kehidupan sekarang maupun akan datang.

~Anguttara Nikaya III, 42.

Semua Pasti Berlalu

Apapun yang muncul,
Semuanya itu pasti akan (suatu hari) berlalu.

Samyutta Nikaya 56, 11

Kamis, 08 Oktober 2009

Sahassa Vagga: 109

Seseorang yang selalu menghormati dan menghargai:
Mereka yang batinnya telah mencapai Kesempurnaan,
Mereka yang lebih Tua darinya, dan
Mereka yang patut dihormati, maka:
- Ia akan berumur panjang,
- Kulitnya akan menjadi cemerlang,
- Tubuhnya akan menjadi semakin sehat dan kuat,
- Hidupnya akan semakin bahagia.

Dhammapada, Sahassa Vagga: 109.

Rabu, 07 Oktober 2009

Penting dan Tak Penting

Ketika kita sakit, baru kita merasakan pentingnya kesehatan.
Ketika kita tua, kita baru merasakan menyia-nyiakan kehidupan.
Ketika orang-orang yang kita sayangi pergi, baru kita ingin membahagiakan mereka.
"Manusia seringkali baru menyadari sesuatu itu berharga ketika ia telah kehilangan sesuatu itu."

Sumber Tidak Diketahui