Kamis, 22 November 2012

Jika Orangtua Tidak Memahami Kita


Apa yang dilakukan Buddha terhadap orangtua yang tidak memahami kita?


Semua orangtua secara alami mencintai anak-anaknya dan cinta itu takkan pernah pudar.
~ Jataka 544


Adalah sulit untuk mengubah pendapat orang lain. Begitu pula dengan orangtua kita. Bagaimanapun, ketika seorang anak sudah cukup dewasa untuk tidak setuju pada pendapat orangtua, orangtua tetap lebih tua. Orangtua masih ingat ketika Anda kecil dan nakal serta baru sedikit saja memahami sesuatu. Orangtua Anda telah lebih dahulu tahu manis-pahitnya dunia ini sejak Anda belum dilahirkan, dan hal tersebut tampaknya berlangsung dengan baik tanpa perlu tambahan pendapat Anda.

Orangtua Anda mencintai Anda dan Anda tidak perlu ragu-ragu mengajarkan sesuatu kepada mereka, tetapi untuk mengubah pendapat mereka tentang sesuatu hal adalah salah satu pekerjaan yang sangat sulit di dunia. Dalam hal ini, kita harus ingat dua hal. Pertama, hidup Anda adalah milik Anda sendiri, hidup mereka adalah milik mereka sendiri. Jadi biarkanlah mereka mempunyai pendapatnya sendiri. Kedua, seperti petunjuk Buddha, mereka secara alami mencintai Anda dan ingin Anda bahagia. Seandainya Anda benar-benar perlu mengubah pendapatnya, jangan lakukan dalam bentuk ucapan. Tunjukkan dengan sikap Anda, bahwa hidup Anda bahagia dengan cara pikir dan bertindak demikian.



Sumber: What Would Buddha Do?
By: Franz Metcalf.
Penerbit PT. Bhuana Ilmu Populer

Sabtu, 17 November 2012

Personifikasi Welas Asih dan Kebijaksanaan


Hati Bodhisattva



Sosok Bodhisattva adalah orang yang penuh welas asih, ia terus-menerus memedulikan kesejahteraan semua makhluk. Ke manapun ia pergi, ia tidak pernah merasa takut. Jika kita dapat memperlakukan pihak lain dengan cinta kasih dan welas asih, kita tidak akan pernah menyinggung pihak lain dan akan selalu rukun dengan mereka.

Welas asih seorang Bodhisattva tak terbatas, cukup luas untuk memenuhi segenap semesta. Ia menebar cinta kasihnya kepada semua makhluk, tak mengharapkannya kembali. Oleh karena itu, ia selalu puas dengan apa yang ia miliki, tidak seperti orang kebanyakan, ia hanya mendambakan kebijaksanaan.

Kita masing-masing memiliki sifat keBuddhaan. Jika kita dapat menggerakkan hati nurani dan mendahulukan kebutuhan orang lain, kita semua dapat menyelamatkan dan memberikan manfaat kepada orang lain. Hati yang menyelamatkan ini merupakan hati sesosok Bodhisattva.

Nilai kehidupan terletak pada apa yang Anda lakukan, bukan pada seperti apa Anda terlihat. Citra yang Anda proyeksikan tidak ada nilainya sama sekali.



Sumber: Sanubari Teduh Jilid Dua (Still Thoughts Volume Two)
By: Master Cheng Yen

Jumat, 16 November 2012

Cinta Dapat Membahayakan


Cinta dan Romantika



Jikalau seseorang dikuasai cinta diri yang berlebihan, ia akan sulit menghindari konflik dengan orang lain. Ia berpikir bahwa orang lain main-main dengan dirinya dan ia khawatir tentang apa yang mungkin diperbuat orang lain kepada dirinya. Oleh karena menjadi begitu curiga dan merasa tidak aman, ia merasakan bahwa hidupnya hanya merupakan derita.

Jika Anda ingin menuntun dan menginspirasi orang lain, Anda harus terlebih dahulu menerangi hati Anda. Seorang pemimpin sejati haruslah tulus dan bekerja keras, tidak hanya punya kemampuan, Anda harus menerima orang lain dengan hati yang terbuka dan memberikan cinta kasih Anda kepada segenap makhluk hidup.

Sungai cinta dapat menjadi sama berbahayanya dengan gelombang dahsyat; sebuah samudra nafsu dapat menjadi seganas angin ribut. Sungguh menyakitkan jika Anda gagal memikat orang yang Anda cintai, tetapi lebih menyakitkan adalah jika Anda tunduk dengan mudahnya pada hawa nafsu lainnya setelah memenangkan hati orang yang Anda cintai.

Sungguh beruntung menjadi orang yang mencintai dan dicintai oleh orang lain. Namun, cinta kita kepada orang lain haruslah murni dan tak ternoda. Seseorang yang memberikan cinta tidak boleh mengharapkan apa pun sebagai imbalan, dan si penerima cinta tidak boleh menjadi serakah. Dengan cara ini, si pemberi maupun si penerima dapat tinggal dengan bahagia dan bebas.



Sumber: Sanubari Teduh Jilid Dua (Still Thoughts Volume Two)
By: Master Cheng Yen

Kamis, 15 November 2012

Semangat Religi

Mata Air Jernih di Padang Pasir

Seluruh persoalan manusia bersifat timbal-balik.
Kehidupan kita akan menjadi penuh dengan kebenaran, kebajikan, dan keindahan jikalau kita memperlakukan orang lain dengan tulus dan menyikapi segala sesuatu dengan pikiran terbuka.

Sebagai seorang umat Buddha, Anda harus memiliki keuletan seorang pelari maraton. Anda hanya dapat mencapai garis finish, keBuddha-an, jika Anda punya kemauan untuk berlari.



Sumber: Sanubari Teduh Jilid Dua (Still Thoughts Volume Two)
By: Master Cheng Yen

Selasa, 13 November 2012

Awal Sukses: Komitmen


Keuletan


 
Komitmen adalah titik awal sukses. Kehidupan manusia membutuhkan komitmen dan pengharapan untuk mencapai sukses apapun. Semua Buddha mencapai tujuan menjadi Buddha dengan pertama-tama berkomitmen dan kemudian mempraktekkan komitmen mereka. Tanpa komitmen tidak aka nada pengharapan, dan tanpa pengharapan kita tidak dapat menuntaskan apapun.

Ajaran Buddha menaruh penekanan yang setara pada komitmen dan tindakan. Jika kita duduk dan banyak bicara, tetapi tidak pernah mewujudkan komitmen kita menjadi tindakan, kita tidak akan pernah memenuhi komitmen itu.

Sumber: Sanubari Teduh Jilid Dua (Still Thoughts Volume Two)
By: Master Cheng Yen

Minggu, 11 November 2012

Tujuan Hidup

Biarlah Hidup Bagai Hari Nan Cerah

Dalam hidup ini, kita akan selalu menghadapi berbagai situasi yang tidak nyaman, saat-saat berkabut atau cuaca dingin yang tidak nyaman. Jika kita tetap berpegang teguh pada tujuan kita, itu akan menjadi seperti sinar mentari hangat di musim dingin.

Demi hidup seutuhnya, Anda harus terus-menerus memanfaatkan kemampuan, bakat, dan kecerdasan Anda untuk sesama. Kehidupan Anda harus menjadi seperti hari yang cerah, yang senantiasa memancarkan gairah hidup. Jangan biarkan hati nurani Anda menjadi dingin.


Sumber: Sanubari Teduh Jilid Dua (Still Thoughts Volume Two)
By: Master Cheng Yen

Sabtu, 03 November 2012

Bosan??



Apa yang akan dilakukan Buddha jika merasa bosan?


Jika Anda merasakan satu hal membosankan,
Anda akan merasa segala sesuatu membosankan juga.
~ Dogen, “Guidelines for Studying the Way”


Kebosanan ada di dalam sifat kita, bukan di dalam dunia. “Jika Anda merasa bosan,” saya mendengarnya mengatakan, “Andalah yang membosankan.” Pikirkan tentang hal tersebut.

Ketika Anda bosan, Anda cenderung untuk bosan pada orang lain. Sebaliknya, ketika orang lain membosankan Anda, ini karena Anda membosankan. Anda adalah salah satu orang yang terlibat dalam tindakan membosankan. Kebosanan ini bukanlah dari dunia, tetapi dari diri Anda yang membosankan dunia. Inilah yang dimaksud Buddha.

Dengan demikian, ketika Anda merasa bosan, berhentilah melakukan hal tersebut. Lihatlah ke dalam diri dan bertanya pada diri sendiri, “Mengapa saya menjalani hidup ini?” Jawaban pertanyaan ini memulihkan Anda dan kehidupan dunia dari kebosanan.



Sumber:
What would Buddha do?