Minggu, 27 September 2009

Tanya Jawab Minggu 270909

Narasumber: UP. Chandra Kirana Sri Maryati, S.Ag.

1. Jika saya bekerja di perusahaan yang menjual minuman keras, apakah hal tersebut dilarang agama Buddha, karena dalam Pancasila Buddhis sila ke-5 disebutkan tentang menghindari makanan dan minuman yang dapat menghilangkan kesadaran, padahal atasan saya orangnya baik. Apakah saya harus berhenti bekerja?
Jawab:
Dalam Pancasila Buddhis memang disebutkan demikian. Tapi, apabila Anda tidak ikut minum minuman keras maka hal itu tidak bertentangan. Anda bisa tetap bekerja di sana karena faktor ekonomi, Anda butuh uang untuk hidup. Selain itu juga tergantung dengan pikiran Anda, apakah hal tersebut baik atau tidak. Pekerjaan Anda sama halnya dengan orang yang bekerja di peternakan ayam atau menjadi nelayan. Mereka bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup. Selama mereka mengerti Pancasila Buddhis, mereka bisa tetap bekerja mengumpulkan uang. Jika ada modal, ada baiknya membuka usaha lain yang tidak bertentangan dengan Pancasila Buddhis. Tapi, jika Anda berpikir tidak baik jika bekerja di sana, mungkin Anda bisa mencari kerja di tempat lain yang lebih baik dan tidak bertentangan dengan Pancasila Buddhis.

2. Jika suami istri berbeda agama, kemudian salah satu meninggal, doa dalam agama apa yang harus diberikan?
Jawab:
Sebenarnya, suami istri lebih baik jika mempunyai keyakinan yang sama. Tapi, apabila dapat menciptakan kerukunan dan keharmonisan, maka tidak ada masalah. Jika salah satu meninggal, pasangannya bisa mendoakan dalam agama dia sendiri atau bisa juga mengundang orang-orang yang seagama dengan suami/istri yang meninggal, atau dapat dilakukan doa dari kedua agama.

3. Apakah dalam agama Buddha ada doa untuk mengusir roh halus dan untuk menyembuhkan orang yang kerasukan makhluk halus?
Jawab:
Dalam agama Buddha tidak ada doa seperti itu, karena yang diajarkan Guru Buddha adalah cinta kasih. Kita memancarkan cinta kasih kepada semua makhluk. Itulah sebabnya ada kalimat "Sabbe satta bhavantu sukhitatta" artinya "Semoga semua makhluk berbahagia." Jika kita memasuki suatu tempat, mau pergi atau ke manapun, ada baiknya mengucapkan hal tersebut: "Semoga semua makhluk berbahagia." Ada sebuah peristiwa di Lubuklinggau. Ada seorang anak bepergian ke Bukit Sulap. Mungkin karena berlari-lari atau buang air sembarangan, ada roh yang merasa terganggu, maka anak itu kerasukan. Romo/pendeta dipanggil untuk menyembuhkan anak itu, tapi tidak berhasil. Ustadz pun dipanggil, tapi juga tidak dapat menyembuhkannya. Akhirnya, dipanggillah romo agama Buddha. Beliau membacakan doa "Karaniya Metta Sutta", doa cinta kasih kepada semua makhluk. Rupanya makhluk yang ada di tubuh anak tersebut minta dibacakan sekali lagi paritta tersebut. Setelah dibacakan lagi, roh tersebut pergi dan anak itu pun sembuh. Inilah kekuatan cinta kasih universal. Di manapun kita berada, kita sebaiknya memancarkan cinta kasih kepada semua makhluk, "Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta."

Kamis, 24 September 2009

Hidup Selalu Berubah

Bukankah hidup akan menyenangkan jika kita tidak pernah kehilangan apapun? Selamat bermimpi!
Kita hidup dalam dunia yang selalu berubah, di mana hal buruk terjadi, berubah atau berganti.
Apa yang di dunia ini adalah Perubahan.
Baik dan buruk selalu berganti.

Sumber Tidak Diketahui

Watch Your Words!

Seseorang yang bijaksana, tidak akan menceritakan keburukan orang lain. Sekalipun jika ia ditanya!
Namun, apabila ia perlu untuk berbicara,
Sepatutnya ia mengemukakan dengan hati-hati!
Inilah arti dari perkataan, "Orang tersebut bijaksana."

~Angutara Nikaya II, 78~

Rabu, 16 September 2009

I'm not Stupid

Demikianlah yang telah kudengar:

Seseorang itu bodoh jika dia sudah tahu sesuatu itu salah tapi masih melakukan kesalahan.
Kalau seseorang itu tidak tahu, maka dia tidak bisa dikatakan bodoh, tapi Tidak Tahu.
Misalnya: kita tahu bahwa merokok tidak baik untuk kesehatan karena dapat mengakibatkan penyakit. Tetapi, masih saja merokok. Itu bodoh namanya. Bagaimana supaya berhenti merokok? Ya, jangan beli rokok. Kalau terus-terusan minta kan malu. Karena malu nanti akhirnya bisa berhenti.

Berusahalah supaya tidak menjadi bodoh.
Bagaimana supaya tidak bodoh?
Kita harus banyak membaca buku pengetahuan, buku Dharma, membaca koran, atau menonton berita di televisi.
Banyak membaca akan menambah pengetahuan dan memperluas wawasan kita.

Sumber: Ceramah Bapak Firman dan Bhante Viriyanadi.

Jumat, 11 September 2009

Sadari Napas

Ada orang yang lahir dan mati tanpa pernah sekalipun menyadari napas masuk dan keluar dari tubuhnya.
Itu menunjukkan betapa jauhnya mereka hidup dari dirinya sendiri.

Sumber Tidak Diketahui

Tidak Ada yang Kekal

Bila kamu tahu bahwa semuanya itu tidak kekal, maka cara berpikirmu akan berangsur-angsur berubah, tidak menjadi berbelit-belit. Dan kamu tidak perlu berpikir terlalu banyak. Bilamana sesuatu hal terjadi, yang perlu kamu katakan adalah, "Oh, yang lainnya!"
Hanya itu.

Sumber Tidak Diketahui

Kecemasan

Kecemasan akan keadaan yang akan datang tidak ada manfaatnya.
Apa yang terjadi selalu berbeda dengan apa yang dipikirkan ataupun yang dicemaskan.

Sumber Tidak Diketahui

Piya Vagga 213

Dari cinta timbul kesedihan,
Dari cinta timbul ketakutan,
Bagi orang yang telah bebas dari rasa cinta,
Tiada lagi kesedihan maupun ketakutan.

~Dhammapada, Piya Vagga: 213~

Tua, Sakit dan Mati

Orang-orang tidak merenungkan usia tua, penyakit, dan kematian.
Mereka hanya suka berbicara tentang anti penuaan, tanpa penyakit, dan tanpa kematian.
Mereka tidak pernah mengembangkan perasaan yang benar untuk berlatih Dharma.

~Ajahn Chah~

Sahabat

Apabila seseorang menemukan seorang sahabat yang bijaksana,
Seorang teman yang hidup dengan moralitas luhur,
Yang berhati-hati dan telah mengatasi segala bahaya,
Maka, hiduplah bersamanya dengan kebahagiaan,
Dengan penuh perhatian dan kewaspadaan.

~Sutta Nipata 45~

Tentang Cinta

Dari cinta timbul kesedihan,
Dari cinta timbul ketakutan,
Bagi orang yang telah bebas dari rasa cinta,
Tiada lagi kesedihan maupun ketakutan.
~Dhammapada, Piya Vagga: 213~

Hati yang lemah tak akan memenangkan gadis idaman.
Orang yang terlalu mudah menyerah,
Tak akan bisa mendapatkan orang yang didambakan.
~From Book "BE HAPPY"~

Namun, harus ada batas dalam upaya mendapatkan hati orang lain, terutama jika jawabannya jelas "TIDAK."
Kita seharusnya tidak melangkah terlalu jauh dalam mengungkapkan cinta kita.
Kita mesti mengakui hak orang lain untuk mengambil keputusannya sendiri dan menghormati keputusannya itu.
Tak ada Undang-undang bahwa cinta seseorang terhadap orang lain harus dibalas.
Dalam situasi cinta seseorang bertepuk sebelah tangan.
Adalah yang terbaik kedua belah pihak saling mendoakan kebahagiaan masing-masing pihak dan tetap menjadi teman.
Tanpa menimbulkan masalah bagi kedua belah pihak.
~From Book "BE HAPPY"~

Pasti dan Tidak Pasti

Bila Anda melihat kepastian dalam sesuatu yang tidak pasti,
Anda pasti terikat pada penderitaan.

~Bhikkhu Ajahn Chah~

Kamis, 03 September 2009

Ulambana

SEJARAH ULAMBANA

Pada bulan 7 perhitungan Candra sengkala/Imlek, di Vihara-Vihara Agama Buddha Mahayana (khususnya) selalu diadakan upacara perayaan Ulambana, yang dikenal dengan istilah sembahyang Cioko (Hok Kian), Cautu (Mandarin), atau yang dikenal juga dengan istilah sembahyang rebutan bagi kaum peranakan. Adapun maksud dan tujuan dari upacara Ulambana adalah sebagai persembahan makanan kepada makhluk-makhluk yang telah meninggal dunia dan menolong mereka - baik yang masih mempunyai hubungan keluarga maupun yang tidak ada hubungan keluarga - agar makhluk-makhluk tersebut dapat memperoleh makanan yang telah diberkahi dan tumimbal lahir di alam yang lebih baik lagi. Bahkan kalau mungkin terlahir di alam Sorga Sukhavati.

Sejarah Upacara Ulambana meliputi 3 peristiwa, yaitu:

1. Maha Bhiksu Maugalyayana menolong ibundanya yang menderita di alam neraka
2. Maha Bhiksu Ananda bertemu makhluk alam neraka yang merupakan menifestasi Avalokitesvara Bodhisattva.
3. Hari Kathina Arya Sangha.


Makna perayaan hari ulambana

1.Memberi sedekah, makan, dan membalas budi kepada orang tua serta leluhur yang telah meninggal dunia.
2. Menjalankan cinta kasih dan kasih sayang Hyang Buddha untuk menolong para makhluk.
3.Mengundang arya sangha atau para Suhu untuk membacakan kitab suci pengampunan dosa dan ayat-ayat kitab suci jalan menuju Surga Sukhavati agar semua makhluk yang berjodoh dapat tumimbal lahir di alam yang lebih baik atau tumimbal lahir di Surga Sukhavati.
4. Memberikan dana puja/kathina kepada Arya Sangha/bhiksu.
5. Memberikan sedekah kepada fakir miskin.


Kewajiban Umat Buddha Di Bulan Ulambana

Sebagai umat Buddha, pada upacara Ulambana ada 2 hal yang harus diperhatikan dan dilakukan, yaitu :

1. Ikut membantu orang tua atau sanak saudara yang telah meninggal dunia dengan memberi sedekah dan memohon Arya Sangha melakukan upacara suci Ulambana, yang mana jasa kebajikan dari membaca kitab Suci tersebut secara umum dilimpahkan untuk kebahagiaan semua makhluk di alam sengsara – alam neraka dan alam setan gentayangan – dan secara khusus untuk sanak keluarga kita yang telah meninggal dunia.

2. Memberikan dana kepada Arya Sangha di Vihara, baik berupa sandang, pangan, beras dan lain-lain. Dalam upacara itu, dana tersebut akan diberikan kembali kepada fakir miskin, anak yatim piatu, atau orang-orang yang membutuhkan, dengan maksud memberikan bibit kebahagiaan kepada orang-orang yang kurang mampu tersebut, agar pada kehidupan selanjutnya bisa menjadi lebih baik. Tentu selaku orang yang miskin, yang menerima bibit berkah Ulambana (beras) tersebut, harus membangkitkan tekad agar setelah mereka mampu kelak, pada upacara Ulambana tahun berikutnya juga ikut menjadi donatur walaupun itu jumlahnya hanya sedikit.

Demikianlah penjelasan singkat tentang sejarah, manfaat dan arti daripada upacara Ulambana.



Sumber: Sakyakirti Group.

Rabu, 02 September 2009

Ehipassiko

The basic principle of Buddhism is Ehipassiko.
It means come, see, and prove it.
The meaning of Ehipassiko also can be found on the song "Ehipassiko" by Daniel Yeo from the album Come n See.

"Don't just believe, investigate...
Do not simply accept what you hear or see, not even if it's uttered by me.
So, don't just agree, you've got to verify.
When you know that it's good and it's praised by the wise.
Then live up to it the rest of your life.

Selasa, 01 September 2009

Buddhism Wins Best Religion in the World Award

I've found this news, a very good news!!


Linda Moulin | 15.07.2009 | 16:55

Tribune de Geneve

In advance of their annual Leading Figure award to a religious figure who has done the most to advance the cause of humanism and peace, the Geneva-based International Coalition for the Advancement of Religious and Spirituality (ICARUS) has chosen to bestow a special award this year on the Buddhist Community. "We typically prefer an under-the-radar approach for the organization, as we try to embody the spirit of modesty found in the greatest traditions," said ICARUS director Hans Groehlichen in a phone conference Monday. "But with organized religion increasingly used as a tool to separate and inflame rather than bring together, we felt we had to take the unusual step of creating a "Best Religion in the World" award and making a bit of a stir, to inspire other religious leaders to see what is possible when you practice compassion."

Groehlichen said the award was voted on by an international roundtable of more than 200 religious leaders from every part of the spiritual spectrum. "It was interesting to note that once we supplied the criteria, many religious leaders voted for Buddhism rather than their own religion," said Groehlichen. "Buddhists actually make up a tiny minority of our membership, so it was fascinating but quite exciting that they won."

Criteria included factors such as promoting personal and community peace, increasing compassion and a sense of connection, and encouraging preservation of the natural environment. Groehlichen continued "The biggest factor for us is that ICARUS was founded by spiritual and religious people to bring the concepts of non-violence to prominence in society. One of the key questions in our voting process was which religion actually practices non-violence."

When presenting the information to the voting members, ICARUS researched each of the 38 religions on the ballot extensively, offering background, philosophy, and the religions role in government and warfare. Jonna Hult, Director of Research for ICARUS said "It wasn't a surprise to me that Buddhism won Best Religion in the World, because we could find literally not one single instance of a war fought in the name of Buddhism, in contrast to every other religion that seems to keep a gun in the closet just in case God makes a mistake. We were hard pressed to even find a Buddhist that had ever been in an army. These people practice what they preach to an extent we simply could not document with any other spiritual tradition."

At least one Catholic priest spoke out on behalf of Buddhism. Father Ted O'Shaughnessy said from Belfast, "As much as I love the Catholic Church, it has always bothered me to no end that we preach love in our scripture yet then claim to know God's will when it comes to killing other humans. For that reason, I did have to cast my vote for the Buddhists." And Muslim Cleric Tal Bin Wassad agreed from Pakistan via his translator. "While I am a devout Muslim, I can see how much anger and bloodshed is channeled into religious expression rather than dealt with on a personal level. The Buddhists have that figured out." Bin Wassad, the ICARUS voting member for Pakistan's Muslim community continued, "In fact, some of my best friends are Buddhist." And Rabbi Shmuel Wasserstein said from Jerusalem, "Of course, I love Judaism, and I think it's the greatest religion in the world. But to be honest, I've been practicing Vipassana meditation every day before minyan (daily Jewish prayer) since 1993. So I get it."

Groehlichen said that the plan was for the award to Buddhism for "Best Religion in the World" to be given to leaders from the various lineages in the Buddhist community. However, there was one snag. "Basically we can't find anyone to give it to," said Groehlichen in a followup call late Tuesday. "All the Buddhists we call keep saying they don't want the award." Groehlichen explained the strange behavior, saying "Basically they are all saying they are a philosophical tradition, not a religion. But that doesn't change the fact that with this award we acknowledge their philosophy of personal responsibility and personal transformation to be the best in the world and the most important for the challenges facing every individual and all living beings in the coming centuries."

When asked why the Burmese Buddhist community refused the award, Buddhist monk Bhante Ghurata Hanta said from Burma, "We are grateful for the acknowledgement, but we give this award to all humanity, for Buddha nature lies within each of us." Groehlichen went on to say "We're going to keep calling around until we find a Buddhist who will accept it. We'll let you know when we do."


Source:

http://blog.beliefnet.com/onecity/2009/07/freedom-from-religion-buddhism-wins-best-religion-in-the-world-award.html