Kamis, 03 September 2009

Ulambana

SEJARAH ULAMBANA

Pada bulan 7 perhitungan Candra sengkala/Imlek, di Vihara-Vihara Agama Buddha Mahayana (khususnya) selalu diadakan upacara perayaan Ulambana, yang dikenal dengan istilah sembahyang Cioko (Hok Kian), Cautu (Mandarin), atau yang dikenal juga dengan istilah sembahyang rebutan bagi kaum peranakan. Adapun maksud dan tujuan dari upacara Ulambana adalah sebagai persembahan makanan kepada makhluk-makhluk yang telah meninggal dunia dan menolong mereka - baik yang masih mempunyai hubungan keluarga maupun yang tidak ada hubungan keluarga - agar makhluk-makhluk tersebut dapat memperoleh makanan yang telah diberkahi dan tumimbal lahir di alam yang lebih baik lagi. Bahkan kalau mungkin terlahir di alam Sorga Sukhavati.

Sejarah Upacara Ulambana meliputi 3 peristiwa, yaitu:

1. Maha Bhiksu Maugalyayana menolong ibundanya yang menderita di alam neraka
2. Maha Bhiksu Ananda bertemu makhluk alam neraka yang merupakan menifestasi Avalokitesvara Bodhisattva.
3. Hari Kathina Arya Sangha.


Makna perayaan hari ulambana

1.Memberi sedekah, makan, dan membalas budi kepada orang tua serta leluhur yang telah meninggal dunia.
2. Menjalankan cinta kasih dan kasih sayang Hyang Buddha untuk menolong para makhluk.
3.Mengundang arya sangha atau para Suhu untuk membacakan kitab suci pengampunan dosa dan ayat-ayat kitab suci jalan menuju Surga Sukhavati agar semua makhluk yang berjodoh dapat tumimbal lahir di alam yang lebih baik atau tumimbal lahir di Surga Sukhavati.
4. Memberikan dana puja/kathina kepada Arya Sangha/bhiksu.
5. Memberikan sedekah kepada fakir miskin.


Kewajiban Umat Buddha Di Bulan Ulambana

Sebagai umat Buddha, pada upacara Ulambana ada 2 hal yang harus diperhatikan dan dilakukan, yaitu :

1. Ikut membantu orang tua atau sanak saudara yang telah meninggal dunia dengan memberi sedekah dan memohon Arya Sangha melakukan upacara suci Ulambana, yang mana jasa kebajikan dari membaca kitab Suci tersebut secara umum dilimpahkan untuk kebahagiaan semua makhluk di alam sengsara – alam neraka dan alam setan gentayangan – dan secara khusus untuk sanak keluarga kita yang telah meninggal dunia.

2. Memberikan dana kepada Arya Sangha di Vihara, baik berupa sandang, pangan, beras dan lain-lain. Dalam upacara itu, dana tersebut akan diberikan kembali kepada fakir miskin, anak yatim piatu, atau orang-orang yang membutuhkan, dengan maksud memberikan bibit kebahagiaan kepada orang-orang yang kurang mampu tersebut, agar pada kehidupan selanjutnya bisa menjadi lebih baik. Tentu selaku orang yang miskin, yang menerima bibit berkah Ulambana (beras) tersebut, harus membangkitkan tekad agar setelah mereka mampu kelak, pada upacara Ulambana tahun berikutnya juga ikut menjadi donatur walaupun itu jumlahnya hanya sedikit.

Demikianlah penjelasan singkat tentang sejarah, manfaat dan arti daripada upacara Ulambana.



Sumber: Sakyakirti Group.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar