Rabu, 30 Desember 2009

Tanya-Jawab Minggu 27 Desember 2009

Narasumber: UP. Chandra Kirana Sri Maryati & UP. Dirghayu Darwis Hidayat.

1. Pada saat persamuan, setelah membaca paritta, keluarga yang mengadakan persamuan akan menuangkan air ke gelas dan bhante yang diundang akan membacakan doa. Apa maksud dari menuangkan air tersebut?
Jawab:
Sebetulnya acara tersebut tidak hanya dilakukan pada saat persamuan saja, tapi bisa juga diadakan saat mengundang anggota Sangha untuk makan di rumah kita, atau untuk acara pemberkatan rumah, dan lain-lain. Sebaiknya gelas untuk menuangkan air lebih besar dari gelas untuk menampung air, lalu gelas untuk menampung air diletakkan di dalam mangkok. Maksudnya adalah untuk pelimpahan jasa bagi keluarga yang masih hidup dan untuk keluarga yang sudah meninggal, juga pelimpahan jasa bagi semua makhluk yang membutuhkan.

2. Untuk keluarga yang sudah meninggal, biasanya kita membacakan paritta sampai hari ke-7 dan di hari ke-49. Apa maksud dari pembacaan paritta tersebut? Apa yang harus kita lakukan jika ada keluarga yang meninggal?
Jawab:
Pembacaan paritta itu untuk mengingatkan almarhum bahwa mereka sudah di alam lain, kita sebaiknya membacakan sutra-sutra atau paritta, seperti Aniccavata Sankhara. Hal ini mengingatkan mereka bahwa segala sesuatu yang terbentuk di dunia ini adalah tidak kekal. Pembacaan paritta itu juga untuk membantu mereka agar terlahir di alam yang lebih baik. Kremasi lebih baik daripada penguburan, karena penguburan prosesnya lebih lama: pembiruan, pembengkakan, pecah(pertama di perut karena banyak mengandung zat cair), lalu keluar nanah dan darah sehingga menimbulkan belatung yang memakan daging, hingga akhirnya tinggal kerangka. Kremasi akan mempercepat proses tumimbal lahir. Lalu kita juga sebaiknya mengadakan pelimpahan jasa kepada orang yang meninggal tersebut. Pelimpahan jasa harus dengan cara yang benar, harus dengan jerih payah dan usaha yang benar agar bisa membantu almarhum terlahir di alam berbahagia. Pelimpahan jasa dapat dilakukan dengan cara mencetak buku-buku yang bermanfaat dan memberi pencerahan (misalnya buku dharma), berdana untuk vihara atau sekolah, dan lain-lain.

3. Air yang sudah dipersembahkan di altar apakah boleh diminum?
Jawab:
Boleh. Air yang dibacakan paritta dan sugesti yang baik akan membawa hasil yang baik bagi orang yang meminumnya. Ada penelitian yang mengungkapkan bahwa molekul air berubah menjadi baik dan warna molekulnya bagus karena air tersebut dibacakan kata-kata yang baik. Sedangkan air yang selalu diberikan kata-kata kasar maka molekulnya menjadi tidak bagus. Oleh sebab itu, kita perlu menjaga kata-kata kita, kita perlu memberi sugesti yang baik pada diri kita sendiri. Jika pagi-pagi bangun tidur, katakanlah hal-hal yang baik. Jika selalu mengeluh, maka hidup pun akan mengikuti kata-kata keluhan itu, selalu menderita. Perlu sekali bagi kita untuk mengucapkan kata-kata yang baik.

4. Apa beda tumimbal lahir dan reinkarnasi? Mengapa orang Tibet selalu mencari reinkarnasi dari guru mereka yang baru meninggal? Apakah hal demikian termasuk kemelekatan?
Jawab:
Tumimbal lahir = punarbhava, adalah ajaran agama Buddha, sedangkan reinkarnasi berasal dari ajaran Hindu.
Di India dan Tibet, guru yang meninggal akan dicari reinkarnasi di mana. Hal ini disebabkan oleh tradisi di negara tersebut, bukan karena kemelekatan. Karena tradisi negara tersebut, mereka menganggap bahwa guru adalah orang yang bisa mencerahkan dan bisa membimbing, semua omongan guru selalu dipegang. Jadi, mereka akan mencari guru mereka lahir lagi di mana, berdasarkan pemikiran dan pertanyaan yang logis (misal, benda apa yang dimiliki) mereka akan menemukan guru mereka.

5. Ini adalah tentang chiu tau. Apa benar dengan mantra akan ada dewa yang melindungi dan dengan chiu tau ada tiket masuk surga?
Jawab:
Membaca paritta ribuan kali pun tetapi tindakan tidak benar, maka percuma saja. Para perampok, pencuri dan orang jahat dichiu tau, alangkah enaknya bisa langsung masuk surga. Tentang adanya tiket masuk surga itu adalah pandangan yang salah. Kita terlahir di alam surga bukan karena pandita, mantra atau chiu tau, tetapi tergantung dari perbuatan baik yang sudah kita lakukan. Dalam hal ini kita perlu memahami tentang karma dan mengingat paritta Brahmaviharaparana: kammayoni, kambandhu, ..., yam kammam karisanti kalyanam va papakam va tassa dayada bhavisanti, apa pun karma yang diperbuatnya baik atau buruk itulah yang akan diwarisinya.
Chiu tau berasal dari kata chiu (artinya memohon) dan tau (artinya ajaran). Tidak ada seorang pun dan apa pun yang dapat menjamin seseorang masuk surga. Di ajaran Buddha yang sebenarnya, tidak ada jaminan untuk masuk surga, yang ada adalah Tisarana, berlindung pada Buddha dan menjalankan Dharma ajaran kebenaran. Yang menjamin seseorang masuk surga bukan agamanya, bukan labelnya, melainkan perbuatan orang itu sendiri. Tidak peduli agama apa pun, jika ia berbuat baik maka ia akan masuk surga.


Sabbe satta bhavantu sukhitatta.
Sadhu.. Sadhu.. Sadhu..

Jumat, 25 Desember 2009

Kesempurnaan Usaha

Semua hal yang kita inginkan tidak akan dicapai tanpa usaha yang cukup.
Namun tentu saja tidak ada yang tidak dapat dicapai oleh seseorang yang PENUH USAHA dan TIDAK MENGENAL LELAH.

Sumber Tidak Diketahui.

Penderitaan

Apa yang sebenarnya kita lihat ketika menggunakan kekuatan kebijaksanaan adalah ke manapun kita pergi di dunia, tak peduli apa yang kita lakukan, ujung-ujungnya semua yang kita peroleh adalah penderitaan.

Sumber Tidak Diketahui.

Semua yang Berbentuk Tidak Kekal

Dunia khayalan ini tampak indah.
Orang dungu terselimuti kegelapan.
Terikat oleh dasar kehidupan.
Menganggapnya sebagai kekal adanya.
Bagi orang yang melihat dengan benar,
Semua itu tak ada artinya.

Udana VII.10

Minggu, 20 Desember 2009

Harta Kekayaan Utama

Ceramah Dhamma Minggu, 20 Desember 2009.
Oleh: Bapak Darwis Hidayat, MM.

7 harta/kekayaan yang harus dimiliki:

1. Sadha = keyakinan.
2. Sila = menjaga moral.
3. Hiri = rasa malu berbuat jahat.
4. Otapa = takut akan akibat berbuat jahat.
5. Sutta = ajaran tentang kebenaran.
6. Cagga = kedermawanan.
7. Panna = kebijaksanaan.

Jumat, 18 Desember 2009

Maanfaatkan Waktu dengan Baik

Nilai kehidupan bukan terletak pada panjangnya hari.
Tapi terletak pada cara kita memanfaatkan hidup.
Orang mungkin hidup panjang tapi tidak melakukan kebaikan apapun kepada sesama.
Hidup semacam ini sungguh tidak bernilai.

From: Hidup Senang Mati Tenang~Ajahn Brahm

Berbahagialah

Nikmatilah kehidupan...
Kebahagiaan ada di dalam hati.
Kebahagiaan berada dalam kesadaran.

DVD Titi Tata

Yamaka Vagga (Syair Kembar): 18

Di sini ia senang, di alam berikutnya ia senang.
Pelaku kebajikan senang di kedua alam itu.
Ia senang ketika berpikir, aku telah berbuat bajik,
dan akan lebih senang lagi terlahir di surga.

Dhammapada, Yamaka Vagga: 18.

Minggu, 13 Desember 2009

Tekun dan Sabar

Kita harus tekun dan sabar agar terhindar dari kepahitan hidup.

DVD Titi Tata

Appamada Vagga (Kesadaran) : 23

Orang yang bijaksana tekun bermeditasi,
selalu berusaha keras, akan mencapai Nibbana,
kebebasan mutlak, kebahagiaan yang tiada tara.

Dhammapada, Appamada Vagga: 23.

Jadilah Baik

'Jangan jahat, jadilah orang baik.'
Kata-kata ini memang anak kecil saja tahu.
Tetapi kakek nenek pun masih sulit melakukannya.

Cerita dari buku Iluminata.

Kodha Vagga (Kemarahan) : 228

Di masa lalu, di masa yang akan datang ataupun sekarang ini,
tidak dapat ditemukan seseorang yang selalu dicela atau selalu dipuji sepenuhnya.

Dhammapada, Kodha Vagga: 228.

Sabtu, 05 Desember 2009

Kasih Bunda Tiada Tara

Dengan kasih sayang ia melindungi kita,
membesarkan kita dengan susunya.
Seorang ibu adalah jalan menuju surga.

Jataka V, 329

Hidup Mati Sama Saja

Hidup dan mati adalah hal yang sama.
Ketika kita memahami ini,
Kita tidak lagi takut kepada kematian,
atau kesulitan dalam hidup.

Sumber Tidak Diketahui

Kesadaran Bagaikan Impian

Jasmani bagaikan sebongkah gelembung,
Perasaan bagaikan gelembung air,
Pencerapan bagaikan khayalan,
Kehendak bagaikan pohon pisang,
Dan kesadaran bagaikan impian.

Samyutta Nikaya

Jara Vagga (Usia Tua): 148

Kala tubuh ini menua, akan menjadi sarang penyakit dan lemah.
Tubuh ini akan membusuk, dan akan hancur berkeping-keping.
Kenyataannya, kehidupan ini berakhir pada kematian.

Dhammapada, Jara Vagga: 148

Jumat, 27 November 2009

7 Kualitas Kalyanamitta

7 kualitas dari seorang Kalyana Mitta atau sahabat sejati adalah:
1. Ia menginspirasikan cinta.
2. Ia menginspirasikan saling menghormati.
3. Ia menginspirasikan kesetaraan.
4. Ia seorang penasehat.
5. Ia seorang pendengar yang sabar.
6. Ia mampu menyampaikan pikiran yang mendalam.
7. Ia tidak pernah membawa seseorang ke dalam bahaya atau pencarian yang tidak berguna.

Kualitas Diri

Kebaikan seseorang akan diketahui dengan hidup bersamanya, dan kemudian hanya jika kita tidak terlalu dekat dengannya untuk waktu yang lama, jika kita tidak kehilangan perhatiannya, ataupun kurang pengertian.
Kesucian seseorang akan diketahui dengan berbicara dengannya.
Ketabahan seseorang akan diketahui dengan pada masa-masa kesengsaraan.
Pengetahuan seseorang akan diketahui dengan berdiskusi dengannya.

Sumber Tidak Diketahui

Bhikkhu Vagga: 372

Tidak ada Jhàna tanpa kebijaksanaan.
Tidak ada kebijaksanaan tanpa Jhàna.
Orang yang memiliki Jhàna dan Kebijaksanaan,
Ia berada dalam hampiran Nibbàna.

Dhammapada, Bhikkhu Vagga: 372.

(JHANA = kondisi meditasi tercerap dimana pikiran telah terpisah dari panca indera)

Minggu, 22 November 2009

Kiamat 2012??

Minggu, 22 November 2009
Ceramah Dharma oleh: Y.M. Bhante Nyana Pundarika.

Sekarang ini sedang nge-trend orang membicarakan tentang kiamat tahun 2012. Dengan adanya berita ini, lantas apakah kita harus menghamburkan-hamburkan uang dan berfoya-foya hanya karena kiamat sudah dekat? Jika tidak kiamat, maka habislah harta kita. Tidak ada gunanya berfoya-foya. Kiamat itu masih lama. Sang Buddha telah mengajarkan kepada kita tentang kiamat sejak 2500 tahun yang lalu.

Sesungguhnya kiamat, tsunami, bencana-bencana itu ada di dalam diri kita. Bencana-bencana itu berupa kebencian, kemarahan, dan semua pikiran/perbuatan buruk yang ada di dalam diri kita. Yang harus kita lakukan adalah melenyapkan segala hal buruk yang ada dalam diri kita. Kita melakukan perbuatan baik, membuat kebajikan kepada orang-orang di sekitar kita, kepada papa, mama dan keluarga, dan kepada teman-teman kita.

Bumi ini sudah berjuta tahun umurnya. Lapisan ozon semakin menipis. Es di kutub utara dan selatan mulai mencair. Orang-orang mengebor minyak mengakibatkan lapisan-lapisan bumi menjadi berlubang. Kegiatan manusia inilah yang membuat terjadinya banjir dan gempa. Bencana-bencana itu pasti sewaktu-waktu akan terjadi. Kita tidak dapat mencegahnya. Yang bisa kita lakukan adalah menjaga lingkungan kita.

Kita dapat melakukan kebajikan dimulai saat bangun tidur, kita berterimakasih masih bisa bernapas dan masih bisa melakukan perbuatan baik. Kita bertemu dengan orang- orang, kita tersenyum. Maka orang yang melihatnya akan merasa bahagia. Kita dapat membuat orang bahagia dengan perhatian-perhatian kecil yang tulus. Misalnya di rumah. Jika istri melihat suaminya baru pulang dibuatkan makanan. Atau anak melihat bapaknya pulang kerja dan lelah maka anak menawarkan untuk memijat. Dari hal-hal kecil inilah dapat membuat orang berbahagia.

Contoh lain yaitu, kita tahu Bhante Vajragiri sedang sakit. Tetapi beliau cepat sembuh. Suster-suster dan dokter pun jadi bingung. Mengapa? Karena bhante-bhante dan samanera sering menghibur beliau, membuat cerita yang lucu-lucu, sehingga beliau merasa senang. Begitu pula hendaknya yang kita lakukan jika kita menjaga orang yang sakit. Jika menjaga orang sakit, kita tidak boleh ikut stress karena akan berdampak pada pasien, pasien akan lambat sembuh. Yang seharusnya kita lakukan adalah menghibur dan membuat pasien tersbut bahagia, sehingga dia akan cepat sembuh.

Jika membenci seseorang, kita akan ingat terus dengan orang tersebut. Kita melihat orang tersebut, kita jadi emosi dan menjadi bertambah benci. Kalau sudah demikian, tidak akan ada damai dalam hati kita. Kita seharusnya belajar melepaskan, belajar mengasihi. Setiap saat kita berpikir: "Semoga semua makhluk hidup berbahagia." Dengan demikian, hati kita menjadi tenang, hidup kita damai, dan tidak ada lagi rasa benci.

Orang-orang jaman sekarang berlomba-lomba untuk memberikan penghargaan, seperti poligami terbanyak, paling cantik, paling ini, paling itu. Tetapi, tidak ada penghargaan untuk orang yang berbuat baik. Kita sebagai umat Buddha boleh merasa bangga karena agama Buddha terpilih sebagai agama yang terbaik. Orang-orang pandai dari tiap agama berkumpul untuk mendiskusikan agama mana yang terbaik, dan agama Buddhalah yang dipilih. Dalam agama Buddha tidak pernah ada peperangan. Agama Buddha mengajarkan cinta kasih. Tetapi, tidak ada seorangpun utusan agama Buddha yang mengambil penghargaan tersebut. Mengapa? Karena kita tidak perlu penghargaan tersebut. Agama Buddha bukanlah agama, tetapi pedoman hidup yang mengajarkan tentang kehidupan. Buddha mempunyai prinsip Ehipassiko (datang, lihat, dan buktikan kebenarannya).

-----------

Marilah kita sebagai umat Buddha berbuat kebajikan. Orang mau bilang kiamat sebentar lagi, biarkan saja. Kita tetap menjalankan Dharma dalam kehidupan kita. Kita berbuat baik dan membuat kedamaian. Semoga semua makhluk hidup berbahagia.

Sadhu.. Sadhu.. Sadhu..

Jumat, 20 November 2009

Kekuatan Wanita

Ada 5 kekuatan yang membuat seorang wanita semakin percaya diri:
- kekuatan Kecantikan,
- kekuatan Kekayaan,
- kekuatan Persaudaraan,
- kekuatan Memberikan Kehidupan/Sebagai Ibu,
- kekuatan Memiliki Nilai-nilai Luhur (Sila, Keyakinan, Kebajikan, Kebijaksanaan).
Dengan memiliki nilai-nilai luhurlah,
Seorang wanita akan dilahirkan kembali,
Dalam keadaan yang jauh lebih beruntung kelak!

~Samyutta Nikaya IV, 238-240.

Jumat, 13 November 2009

Kehidupan dan Kematian

Hidup di dunia tidak dapat diramalkan dan dipastikan.
Kehidupan ini singkat dan penuh penderitaan.
Ada kelahiran, usia tua, sakit dan kematian.
Inilah sifat dunia dan sifat segala hal!

Ketika buah telah masak dapat terjatuh kapan saja.
Demikianlah pula sesuatu yang terlahir dapat mati setiap saat.
Bagaikan sebuah batu akan berakhir pecah.
Begitu juga kehidupan dari semua yang terlahirkan.

Baik muda maupun tua, bodoh maupun bijaksana.
Semuanya akan berakhir dengan kematian.
Orang tua kita pun tidak bisa menolong dalam hal ini.
Semua akan melanjutkan perjalanan ke dunia lain.

Lihatlah! Dengan disaksikan oleh sanak keluarga.
Disertai dengan air mata.
Manusia dibawa satu per satu.
Bagaikan sapi menuju ke penyembelihan.

Kehidupan dan Kematian adalah hal yang alami di dunia ini.
Orang bijaksana tidak akan berduka melihat sifat dunia.

~Sutta Nipata 574 s/d 581~

Rabu, 11 November 2009

Suasana Hati Selalu Berubah

Semua perasaan yang muncul di dalam pikiran dan semua perasaan yang melanda tubuh, semuanya ini, muncul dan berlalu. Sekalipun Anda berusaha sekuat tenaga untuk mengendalikan perasaan-perasaan ini, berusaha untuk hanya mendapatkan perasaan yang menyenangkan dan untuk mencampakkan yang menyakitkan, Anda tidak akan pernah tahu dari mana mereka datang atau kapan mereka akan pergi.
Suasana hati adalah "berubah-ubah".

Sumber Tidak Diketahui

Jumat, 23 Oktober 2009

Hari Kathina

Hari Suci Kathina adalah hari suci agama Buddha untuk menunjukkan rasa baktinya kepada Sangha. Ada juga yang menyebut Hari Kathina sebagai hari Sangha.

Hari Suci Kathina dirayakan di bulan Kathina dalam kalender Buddhis atau sekitar bulan November di kalender Masehi. Hari Kathina ini dirayakan sekitar empat bulan setelah hari raya Asadha.

Kata Kathina berarti pakaian pahala yang diberikan setiap tahun kepada Sangha sesudah pengunduran diri selama Vassa (bahasa Pali) atau varsa (bahasa Sansekerta).
Vassa umumnya dikenal sebagai Bhansa-kala (Thai). Selama Bhansa-kala semua bhikkhu mengundurkan diri khusus untuk diabdikan pada meditasi atau pemeriksaan diri ke tempat yang sepi selama kurang lebih 90 hari. Kathina merupakan satu ajaran yang harus ditaati oleh para Bhikkhu seperti diterangkan di dalam Vinaya.

Dalam aliran Utara, jangka waktu vassa dimulai pada hari ke 16 dari bulan keempat dan berakhir pada hari ke 15 dari bulan ke 7 dari penanggalan Tionghoa, atau sekitar mulai bulan Mei/Juni dan berakhir pada bulan Oktober/November.

Dalam Mahayana Tionghoa dikatakan bahwa Vassa adalah dalam musim panas, maka dari itu Bhansa-kala Tionghoa jatuh dua bulan lebih dahulu dari Bhansa-kala Muangthai.

Pada kenyataannya, varsa-kala atau Bhansa-kala sama artinya dalam bahasa Sansekerta maupun bahasa Pali, Bhansa berarti hujan dan kala berarti waktu. Jadi, Bhansa-kala berarti musim hujan.


Sejarah Khatina:

Pada suatu ketika Sang Buddha berdiam di Vihara Jetavana di kota Sravasti, maka kabar itu tersebarlah kepada sejumlah Bhikshu Aranyaka (dalam naskah Pali dikatakan jumlah bhikshu tersebut 30 orang) dari berbahai tempat pertapaan dan jurusan hutan Pateyya, dan semuanya adalah Arya Sangha. Mereka meninggalkan tempat mereka menuju ke kota Sravasti dengan maksud menghaturkan hormat kepada Sang Buddha.

Mereka berjumpa satu sama lainnya secara kebetulan di jalan dekat kota Saketa yang letaknya kira-kira 60 mil dari Sravasti. Ketika para Bhikshu tersebut tiba di kota Saketa, Bhansa-kala sudah dimulai. Maka terpaksa mereka berdiam di kota Saketa selama lebih kurang 90 hari sesuai dengan peraturan pertapaan yang berlaku.

Setelah 90 hari pengunduran diri itu, hujan tidak henti-hentinya turun dengan derasnya, sehingga tanah dan jalan-jalan tergenang air serta lumpur. Tetapi oleh karena para Bhikshu itu berkeras hendak berangkat selekas mungkin ke kota Sravasti demi menghaturkan sembah sujud mereka kepada Sang Buddha, maka berangkatlah mereka walaupun hujan turun dengan derasnya.

Setiba di Sravasti mereka langsung menuju ke Vihara Jetavana dan menjatuhkan diri mereka memberikan sujud kepada Sang Buddha. Sang Buddha melihat bahwa mereka masih basah kuyub dari kepla hingga jari kaki, pakaian mereka basah dan penuh lumpur. Sang Buddha menanyakan pada mereka apa yang telah terjadi, dan mereka pun menceritakan seluruh kejadian itu.

Sang Buddha bergembira mendengar kebhaktian dan pengabdian mereka, dan memberikan ijin untuk segera menukar pakaian/jubah mereka yang basah kuyub itu. Kemudian Sang Buddha mengeluarkan perintah Kathina agar para anggota Sangha mendapatkan satu pakaian baru setahun sekali setelah kesukaran pada para Bhikshu Aranyaka yang tinggal di hutan.

Peraturan untuk melaksanakan Kathina

  • Upacara Kathina dilakukan setahun sekali dalam jangka waktu satu bulan dimulai dari hari sudah berakhir masa vassa berakhir. Dalam aliran Utara, dimulai pada hari ke-16 bulan ke-8 menurut tanggal Tionghoa. Dalam aliran Selatan dimulai pada hari ke-16 bulan ke-11 sampai hari ke-12 bulan ke-12 menurut penanggalan Thailand.
  • Suatu Vihara harus mempunyai dewan yang terdiri atas sekurang-kurangnya 6 anggota Sangha, dengan seorang ketua yang berwenang untuk mendengarkan pengakuan kesalahan, memberikan absolusi dan mendiksakan selama jangka waktu Bhansa-kala dan kompeten untuk melaksanakan upacara Kathina.
  • Sebuah vihara yang penghuni anggota Sangha-nya kurang dari 5 Bhikkhu pada Bhansa-kala, tidak kompeten untuk melaksanakan upacara Kathina (untuk Mahayana).
  • Suatu vihara hanya diijinkan untuk melakukan upacara Kathina setahun sekali.

Khusus untuk para Bhikkhu, yang mendapatkan jubah Kathina ialah mereka yang paling berjasa dan patuh di dalam menjalankan Vinaya dalam masa Vassa tersebut. Pemberian jubah Kathina ini diserahkan atas dasar pertimbangan Sangha. Bhikkhu yang mendapat jubah Kathina adalah seorang Bhikkhu yang dinilai paling tekun dan patuh dalam menjalankan Vinaya.

Pahala dari melakukan kebajikan hari Kathina

Sehubungan dengan pencapaian pahala kebajikan dari Kathina Sang Buddha mnyatakan bahwa kebajikan ini akan lebih tinggi nilainya dibandingkan dengan memberikan persembahan kepada Sang Buddha sendiri.

Dalam Daksina Vibhangga Sutra dijelaskan:
"Pada suatu ketika, Sang Buddha berdiam di kota Kapilavastu, Maha Pajapati Gotami memberikan persembahan sepotong kain yang ditenunnya sendiri. Sang Buddha menolak pemberian tersebut dan mengatakan agar kain tersebut dipersembahkan keoada Sangha supaya pahalanya lebih tinggi. Berulang-ulang kali Mahapajapati Gotami memohon agar Sang Buddha berkenan menerimanya, tetapi Sang Buddha tetap mengulangi nasehatnya. Ananda yang bertindakselaku pelayan Sang Buddha juga turut memohon belas-kasih Sang Buddha agar menerima kain persembahan tersebut berdasarkan kesucian pengabdian Mahapajapati dalam kepercayaannya bahwa pahala dari pemberian itu akan menjamin kebahagiaan baginya...."

Dari kutipan di atas jelaslah bahwa berdana kepada Sangha sangat bermanfaat bagi si pemberi dan juga bagi si penerima.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian persembahan Kathina:
Barang/persembahan hendaknya yang dapat digunakan oleh seorang Bhikkhu untuk mendukung kehidupan suci.
Saat sebelum memberikan dan saat memberikan persembahan (harus dengan berbahagia)
Saat persembahan Kathina diberikan selama musim Kathina.



Disadur dari: Diktat Kuliah Agama Buddha. Makalah karangan Bhikkhu Sumananyano.

Kamis, 15 Oktober 2009

Manfaat Berdana Makanan

Manfaat dari orang yang berdana makanan:
- Ia mendanakan kehidupan,
- Kecantikan,
- Kebahagiaan,
- Kekuatan, dan
- Kecerdasan.
Ia telah menanam benih kehidupan, yang bermanfaat untuk dirinya sendiri,
baik untuk kehidupan sekarang maupun akan datang.

~Anguttara Nikaya III, 42.

Semua Pasti Berlalu

Apapun yang muncul,
Semuanya itu pasti akan (suatu hari) berlalu.

Samyutta Nikaya 56, 11

Kamis, 08 Oktober 2009

Sahassa Vagga: 109

Seseorang yang selalu menghormati dan menghargai:
Mereka yang batinnya telah mencapai Kesempurnaan,
Mereka yang lebih Tua darinya, dan
Mereka yang patut dihormati, maka:
- Ia akan berumur panjang,
- Kulitnya akan menjadi cemerlang,
- Tubuhnya akan menjadi semakin sehat dan kuat,
- Hidupnya akan semakin bahagia.

Dhammapada, Sahassa Vagga: 109.

Rabu, 07 Oktober 2009

Penting dan Tak Penting

Ketika kita sakit, baru kita merasakan pentingnya kesehatan.
Ketika kita tua, kita baru merasakan menyia-nyiakan kehidupan.
Ketika orang-orang yang kita sayangi pergi, baru kita ingin membahagiakan mereka.
"Manusia seringkali baru menyadari sesuatu itu berharga ketika ia telah kehilangan sesuatu itu."

Sumber Tidak Diketahui

Minggu, 27 September 2009

Tanya Jawab Minggu 270909

Narasumber: UP. Chandra Kirana Sri Maryati, S.Ag.

1. Jika saya bekerja di perusahaan yang menjual minuman keras, apakah hal tersebut dilarang agama Buddha, karena dalam Pancasila Buddhis sila ke-5 disebutkan tentang menghindari makanan dan minuman yang dapat menghilangkan kesadaran, padahal atasan saya orangnya baik. Apakah saya harus berhenti bekerja?
Jawab:
Dalam Pancasila Buddhis memang disebutkan demikian. Tapi, apabila Anda tidak ikut minum minuman keras maka hal itu tidak bertentangan. Anda bisa tetap bekerja di sana karena faktor ekonomi, Anda butuh uang untuk hidup. Selain itu juga tergantung dengan pikiran Anda, apakah hal tersebut baik atau tidak. Pekerjaan Anda sama halnya dengan orang yang bekerja di peternakan ayam atau menjadi nelayan. Mereka bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup. Selama mereka mengerti Pancasila Buddhis, mereka bisa tetap bekerja mengumpulkan uang. Jika ada modal, ada baiknya membuka usaha lain yang tidak bertentangan dengan Pancasila Buddhis. Tapi, jika Anda berpikir tidak baik jika bekerja di sana, mungkin Anda bisa mencari kerja di tempat lain yang lebih baik dan tidak bertentangan dengan Pancasila Buddhis.

2. Jika suami istri berbeda agama, kemudian salah satu meninggal, doa dalam agama apa yang harus diberikan?
Jawab:
Sebenarnya, suami istri lebih baik jika mempunyai keyakinan yang sama. Tapi, apabila dapat menciptakan kerukunan dan keharmonisan, maka tidak ada masalah. Jika salah satu meninggal, pasangannya bisa mendoakan dalam agama dia sendiri atau bisa juga mengundang orang-orang yang seagama dengan suami/istri yang meninggal, atau dapat dilakukan doa dari kedua agama.

3. Apakah dalam agama Buddha ada doa untuk mengusir roh halus dan untuk menyembuhkan orang yang kerasukan makhluk halus?
Jawab:
Dalam agama Buddha tidak ada doa seperti itu, karena yang diajarkan Guru Buddha adalah cinta kasih. Kita memancarkan cinta kasih kepada semua makhluk. Itulah sebabnya ada kalimat "Sabbe satta bhavantu sukhitatta" artinya "Semoga semua makhluk berbahagia." Jika kita memasuki suatu tempat, mau pergi atau ke manapun, ada baiknya mengucapkan hal tersebut: "Semoga semua makhluk berbahagia." Ada sebuah peristiwa di Lubuklinggau. Ada seorang anak bepergian ke Bukit Sulap. Mungkin karena berlari-lari atau buang air sembarangan, ada roh yang merasa terganggu, maka anak itu kerasukan. Romo/pendeta dipanggil untuk menyembuhkan anak itu, tapi tidak berhasil. Ustadz pun dipanggil, tapi juga tidak dapat menyembuhkannya. Akhirnya, dipanggillah romo agama Buddha. Beliau membacakan doa "Karaniya Metta Sutta", doa cinta kasih kepada semua makhluk. Rupanya makhluk yang ada di tubuh anak tersebut minta dibacakan sekali lagi paritta tersebut. Setelah dibacakan lagi, roh tersebut pergi dan anak itu pun sembuh. Inilah kekuatan cinta kasih universal. Di manapun kita berada, kita sebaiknya memancarkan cinta kasih kepada semua makhluk, "Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta."

Kamis, 24 September 2009

Hidup Selalu Berubah

Bukankah hidup akan menyenangkan jika kita tidak pernah kehilangan apapun? Selamat bermimpi!
Kita hidup dalam dunia yang selalu berubah, di mana hal buruk terjadi, berubah atau berganti.
Apa yang di dunia ini adalah Perubahan.
Baik dan buruk selalu berganti.

Sumber Tidak Diketahui

Watch Your Words!

Seseorang yang bijaksana, tidak akan menceritakan keburukan orang lain. Sekalipun jika ia ditanya!
Namun, apabila ia perlu untuk berbicara,
Sepatutnya ia mengemukakan dengan hati-hati!
Inilah arti dari perkataan, "Orang tersebut bijaksana."

~Angutara Nikaya II, 78~

Rabu, 16 September 2009

I'm not Stupid

Demikianlah yang telah kudengar:

Seseorang itu bodoh jika dia sudah tahu sesuatu itu salah tapi masih melakukan kesalahan.
Kalau seseorang itu tidak tahu, maka dia tidak bisa dikatakan bodoh, tapi Tidak Tahu.
Misalnya: kita tahu bahwa merokok tidak baik untuk kesehatan karena dapat mengakibatkan penyakit. Tetapi, masih saja merokok. Itu bodoh namanya. Bagaimana supaya berhenti merokok? Ya, jangan beli rokok. Kalau terus-terusan minta kan malu. Karena malu nanti akhirnya bisa berhenti.

Berusahalah supaya tidak menjadi bodoh.
Bagaimana supaya tidak bodoh?
Kita harus banyak membaca buku pengetahuan, buku Dharma, membaca koran, atau menonton berita di televisi.
Banyak membaca akan menambah pengetahuan dan memperluas wawasan kita.

Sumber: Ceramah Bapak Firman dan Bhante Viriyanadi.

Jumat, 11 September 2009

Sadari Napas

Ada orang yang lahir dan mati tanpa pernah sekalipun menyadari napas masuk dan keluar dari tubuhnya.
Itu menunjukkan betapa jauhnya mereka hidup dari dirinya sendiri.

Sumber Tidak Diketahui

Tidak Ada yang Kekal

Bila kamu tahu bahwa semuanya itu tidak kekal, maka cara berpikirmu akan berangsur-angsur berubah, tidak menjadi berbelit-belit. Dan kamu tidak perlu berpikir terlalu banyak. Bilamana sesuatu hal terjadi, yang perlu kamu katakan adalah, "Oh, yang lainnya!"
Hanya itu.

Sumber Tidak Diketahui

Kecemasan

Kecemasan akan keadaan yang akan datang tidak ada manfaatnya.
Apa yang terjadi selalu berbeda dengan apa yang dipikirkan ataupun yang dicemaskan.

Sumber Tidak Diketahui

Piya Vagga 213

Dari cinta timbul kesedihan,
Dari cinta timbul ketakutan,
Bagi orang yang telah bebas dari rasa cinta,
Tiada lagi kesedihan maupun ketakutan.

~Dhammapada, Piya Vagga: 213~

Tua, Sakit dan Mati

Orang-orang tidak merenungkan usia tua, penyakit, dan kematian.
Mereka hanya suka berbicara tentang anti penuaan, tanpa penyakit, dan tanpa kematian.
Mereka tidak pernah mengembangkan perasaan yang benar untuk berlatih Dharma.

~Ajahn Chah~

Sahabat

Apabila seseorang menemukan seorang sahabat yang bijaksana,
Seorang teman yang hidup dengan moralitas luhur,
Yang berhati-hati dan telah mengatasi segala bahaya,
Maka, hiduplah bersamanya dengan kebahagiaan,
Dengan penuh perhatian dan kewaspadaan.

~Sutta Nipata 45~

Tentang Cinta

Dari cinta timbul kesedihan,
Dari cinta timbul ketakutan,
Bagi orang yang telah bebas dari rasa cinta,
Tiada lagi kesedihan maupun ketakutan.
~Dhammapada, Piya Vagga: 213~

Hati yang lemah tak akan memenangkan gadis idaman.
Orang yang terlalu mudah menyerah,
Tak akan bisa mendapatkan orang yang didambakan.
~From Book "BE HAPPY"~

Namun, harus ada batas dalam upaya mendapatkan hati orang lain, terutama jika jawabannya jelas "TIDAK."
Kita seharusnya tidak melangkah terlalu jauh dalam mengungkapkan cinta kita.
Kita mesti mengakui hak orang lain untuk mengambil keputusannya sendiri dan menghormati keputusannya itu.
Tak ada Undang-undang bahwa cinta seseorang terhadap orang lain harus dibalas.
Dalam situasi cinta seseorang bertepuk sebelah tangan.
Adalah yang terbaik kedua belah pihak saling mendoakan kebahagiaan masing-masing pihak dan tetap menjadi teman.
Tanpa menimbulkan masalah bagi kedua belah pihak.
~From Book "BE HAPPY"~

Pasti dan Tidak Pasti

Bila Anda melihat kepastian dalam sesuatu yang tidak pasti,
Anda pasti terikat pada penderitaan.

~Bhikkhu Ajahn Chah~

Kamis, 03 September 2009

Ulambana

SEJARAH ULAMBANA

Pada bulan 7 perhitungan Candra sengkala/Imlek, di Vihara-Vihara Agama Buddha Mahayana (khususnya) selalu diadakan upacara perayaan Ulambana, yang dikenal dengan istilah sembahyang Cioko (Hok Kian), Cautu (Mandarin), atau yang dikenal juga dengan istilah sembahyang rebutan bagi kaum peranakan. Adapun maksud dan tujuan dari upacara Ulambana adalah sebagai persembahan makanan kepada makhluk-makhluk yang telah meninggal dunia dan menolong mereka - baik yang masih mempunyai hubungan keluarga maupun yang tidak ada hubungan keluarga - agar makhluk-makhluk tersebut dapat memperoleh makanan yang telah diberkahi dan tumimbal lahir di alam yang lebih baik lagi. Bahkan kalau mungkin terlahir di alam Sorga Sukhavati.

Sejarah Upacara Ulambana meliputi 3 peristiwa, yaitu:

1. Maha Bhiksu Maugalyayana menolong ibundanya yang menderita di alam neraka
2. Maha Bhiksu Ananda bertemu makhluk alam neraka yang merupakan menifestasi Avalokitesvara Bodhisattva.
3. Hari Kathina Arya Sangha.


Makna perayaan hari ulambana

1.Memberi sedekah, makan, dan membalas budi kepada orang tua serta leluhur yang telah meninggal dunia.
2. Menjalankan cinta kasih dan kasih sayang Hyang Buddha untuk menolong para makhluk.
3.Mengundang arya sangha atau para Suhu untuk membacakan kitab suci pengampunan dosa dan ayat-ayat kitab suci jalan menuju Surga Sukhavati agar semua makhluk yang berjodoh dapat tumimbal lahir di alam yang lebih baik atau tumimbal lahir di Surga Sukhavati.
4. Memberikan dana puja/kathina kepada Arya Sangha/bhiksu.
5. Memberikan sedekah kepada fakir miskin.


Kewajiban Umat Buddha Di Bulan Ulambana

Sebagai umat Buddha, pada upacara Ulambana ada 2 hal yang harus diperhatikan dan dilakukan, yaitu :

1. Ikut membantu orang tua atau sanak saudara yang telah meninggal dunia dengan memberi sedekah dan memohon Arya Sangha melakukan upacara suci Ulambana, yang mana jasa kebajikan dari membaca kitab Suci tersebut secara umum dilimpahkan untuk kebahagiaan semua makhluk di alam sengsara – alam neraka dan alam setan gentayangan – dan secara khusus untuk sanak keluarga kita yang telah meninggal dunia.

2. Memberikan dana kepada Arya Sangha di Vihara, baik berupa sandang, pangan, beras dan lain-lain. Dalam upacara itu, dana tersebut akan diberikan kembali kepada fakir miskin, anak yatim piatu, atau orang-orang yang membutuhkan, dengan maksud memberikan bibit kebahagiaan kepada orang-orang yang kurang mampu tersebut, agar pada kehidupan selanjutnya bisa menjadi lebih baik. Tentu selaku orang yang miskin, yang menerima bibit berkah Ulambana (beras) tersebut, harus membangkitkan tekad agar setelah mereka mampu kelak, pada upacara Ulambana tahun berikutnya juga ikut menjadi donatur walaupun itu jumlahnya hanya sedikit.

Demikianlah penjelasan singkat tentang sejarah, manfaat dan arti daripada upacara Ulambana.



Sumber: Sakyakirti Group.

Rabu, 02 September 2009

Ehipassiko

The basic principle of Buddhism is Ehipassiko.
It means come, see, and prove it.
The meaning of Ehipassiko also can be found on the song "Ehipassiko" by Daniel Yeo from the album Come n See.

"Don't just believe, investigate...
Do not simply accept what you hear or see, not even if it's uttered by me.
So, don't just agree, you've got to verify.
When you know that it's good and it's praised by the wise.
Then live up to it the rest of your life.

Selasa, 01 September 2009

Buddhism Wins Best Religion in the World Award

I've found this news, a very good news!!


Linda Moulin | 15.07.2009 | 16:55

Tribune de Geneve

In advance of their annual Leading Figure award to a religious figure who has done the most to advance the cause of humanism and peace, the Geneva-based International Coalition for the Advancement of Religious and Spirituality (ICARUS) has chosen to bestow a special award this year on the Buddhist Community. "We typically prefer an under-the-radar approach for the organization, as we try to embody the spirit of modesty found in the greatest traditions," said ICARUS director Hans Groehlichen in a phone conference Monday. "But with organized religion increasingly used as a tool to separate and inflame rather than bring together, we felt we had to take the unusual step of creating a "Best Religion in the World" award and making a bit of a stir, to inspire other religious leaders to see what is possible when you practice compassion."

Groehlichen said the award was voted on by an international roundtable of more than 200 religious leaders from every part of the spiritual spectrum. "It was interesting to note that once we supplied the criteria, many religious leaders voted for Buddhism rather than their own religion," said Groehlichen. "Buddhists actually make up a tiny minority of our membership, so it was fascinating but quite exciting that they won."

Criteria included factors such as promoting personal and community peace, increasing compassion and a sense of connection, and encouraging preservation of the natural environment. Groehlichen continued "The biggest factor for us is that ICARUS was founded by spiritual and religious people to bring the concepts of non-violence to prominence in society. One of the key questions in our voting process was which religion actually practices non-violence."

When presenting the information to the voting members, ICARUS researched each of the 38 religions on the ballot extensively, offering background, philosophy, and the religions role in government and warfare. Jonna Hult, Director of Research for ICARUS said "It wasn't a surprise to me that Buddhism won Best Religion in the World, because we could find literally not one single instance of a war fought in the name of Buddhism, in contrast to every other religion that seems to keep a gun in the closet just in case God makes a mistake. We were hard pressed to even find a Buddhist that had ever been in an army. These people practice what they preach to an extent we simply could not document with any other spiritual tradition."

At least one Catholic priest spoke out on behalf of Buddhism. Father Ted O'Shaughnessy said from Belfast, "As much as I love the Catholic Church, it has always bothered me to no end that we preach love in our scripture yet then claim to know God's will when it comes to killing other humans. For that reason, I did have to cast my vote for the Buddhists." And Muslim Cleric Tal Bin Wassad agreed from Pakistan via his translator. "While I am a devout Muslim, I can see how much anger and bloodshed is channeled into religious expression rather than dealt with on a personal level. The Buddhists have that figured out." Bin Wassad, the ICARUS voting member for Pakistan's Muslim community continued, "In fact, some of my best friends are Buddhist." And Rabbi Shmuel Wasserstein said from Jerusalem, "Of course, I love Judaism, and I think it's the greatest religion in the world. But to be honest, I've been practicing Vipassana meditation every day before minyan (daily Jewish prayer) since 1993. So I get it."

Groehlichen said that the plan was for the award to Buddhism for "Best Religion in the World" to be given to leaders from the various lineages in the Buddhist community. However, there was one snag. "Basically we can't find anyone to give it to," said Groehlichen in a followup call late Tuesday. "All the Buddhists we call keep saying they don't want the award." Groehlichen explained the strange behavior, saying "Basically they are all saying they are a philosophical tradition, not a religion. But that doesn't change the fact that with this award we acknowledge their philosophy of personal responsibility and personal transformation to be the best in the world and the most important for the challenges facing every individual and all living beings in the coming centuries."

When asked why the Burmese Buddhist community refused the award, Buddhist monk Bhante Ghurata Hanta said from Burma, "We are grateful for the acknowledgement, but we give this award to all humanity, for Buddha nature lies within each of us." Groehlichen went on to say "We're going to keep calling around until we find a Buddhist who will accept it. We'll let you know when we do."


Source:

http://blog.beliefnet.com/onecity/2009/07/freedom-from-religion-buddhism-wins-best-religion-in-the-world-award.html