Sabtu, 25 Mei 2013

Tekad Siswa Sang Buddha



Tekad Siswa Sang Buddha
Cipt.: Joky

Dalam hidup ini
Tiada yang abadi
Maka jangan tinggi hati
Terlebih lupa diri

Dalam hidup ini
Semua nan tak pasti
Lebih baik mawas diri
Hadapi problema hidup ini

Reff:   Jangan putus asa
            Jangan gampang menyerah
            Walau seribu bala
            Mendera hidup kita

            Takkan pernah goyah
            Tekad siswa Sang Buddha
            Menghadapi dunia
            Berpegang pada Dhamma

Rabu, 15 Mei 2013

Dhamma Forever



Dhamma Forever
Selamanya Dhamma

Vocal: Yovi
Cipt. Shery Meiny & Gunasaro


When maturity divided by the time
Saat kematangan terbagi oleh waktu

There’s nothing be able to stop it
Tidak ada yang mampu menghentikannya

Being given chance to that be in Dhamma
Berkesempatan berada dalam Dhamma

Was a precious gift of kamma
Merupakan anugerah berharga dari karma


When it comes for spring to great fall
Saat tiba saatnya musim semi ke musim gugur

When shadow full be turns into green dew
Saat bayangan penuh berubah menjadi embun hijau

Dhamma will never ever lost its time
Dhamma tidak akan pernah lekang oleh waktu

It’s always be there to be observed
Dhamma selalu ada untuk diamati


Reff.
Isn’t it truth that our life is interim?
Bukankah suatu kebenaran bahwa hidup ini sementara?

Living Dhamma while time still like sin
Hidup dalam Dhamma sementara waktu bagaikan sebuah kesalahan

Dhamma will guide us for first stage
Dhamma akan menuntun kita untuk langkah pertama

While life on the world still goes on
Sementara waktu di dunia ini tetap berjalan



Minggu, 21 April 2013

Satu Hati Satu Tujuan Satu Keluarga

Dhammadesana oleh: Y.L. Viriya Nanda
Tanggal: 21 April 2013
Tempat: Vihara Dharmakirti

Tema: Satu hati satu tujuan satu keluarga

Cerita 1: ada pasangan baru menikah minta diberi air pemberkahan saat pemberkatan pernikahannya. Mereka minta diberkati dengan harapan supaya keluarganya bisa langgeng.

Cerita 2: ada seorang ibu minta air yang dibacakan mantra dari vihara, karena anaknya sakit lupus. Ini adalah permintaan anaknya yang tidak bisa bicara karena sakitnya. Setelah diberi air langsung bisa ngomong.

Lalu apa hubungan air pemberkahan pada dua cerita di atas dengan tema 1 hati 1 tujuan 1 keluarga?
Air pemberkahan bisa manjur karena adanya keyakinan. yang terpenting adalah satu hati, satu tujuan, satu keluarga.

Keluarga bukan hanya suami istri dan anak. Pada dasarnya keluarga memang dimulai dari suami dan istri. Tapi ada juga jenis keluarga yang lain, misalnya dalam organisasi. Apakah semua ingin harmonis? Pasti. Tapi tidak selamanya harmonis. Keluarga kita bisa cekcok, apalagi keluarga organisasi, semua tidak lepas dari pertengkaran. Setiap orang, setiap makhluk, di alam manusia, alam hewan dan alam dewa, semua ingin harmonis.

Apa sebab ada suatu pertengkaran?
Itu karena manusia memiliki sifat iri hati dan pikiran picik. Iri itu adalah perasaan tidak senang melihat orang lain bahagia. Iri juga berarti cemburu. Jika cemburu pasti kita merasa sesak. Adanya perasaan cemburu karena ada perasaan suka. Kenapa ada perasaan suka, karena ada perasaan ingin memiliki. Dan rasa suka itu menimbulkan rasa posesif. Dalam buddhis disebut tanha. Akibat dari punya perasaan iri, picik, cemburu, maka batin akan menderita. Kita jadi tidak bisa tidur.

Bagaimana agar tidak muncul perasaan iri dan picik?
Yaitu dengan menumbuhkan cinta. Cinta itu adalah memberi. Kalau dalam dhamma yaitu melaksanakan hak dan kewajiban. Wujud cinta adalah pengendalian diri. Jika Anda cinta pada pasangan Anda, maka Anda tidak akan selingkuh, tidak ada seleweng. Jika cinta anak, maka akan sayang kepada anak. Jika cinta pada orangtua maka akan berbakti. Jika cinta lingkungan maka tidak akan buang sampah sembarangan agar tidak banjir.

Kewajiban suami terhadap istri: memberi nafkah, memberi makan, duit, pakaian, perhiasan, secara batin memberi pujian. Bukan hanya dalam keluarga saja harus memberi pujian, tapi dalam organisasi juga. Jika tidak mau istri punya PIL, maka harus beri pujian. Jangan hanya pada saat pacaran saja memuji-muji. Atau, memberi pujian jika ada maunya saja. Pujian itu penting.

Kewajiban istri: melayani suami, memberi makan, merawat anak, menjaga harta suami, merawat rumah, dan memberi pujian juga. Istri juga perlu memberikan pujian kepada suaminya. Jangan lupa anak juga memberi pujian.

Dalam bermasyarakat, wujud cinta adalah melaksanakan kewajiban-kewajiban.

Kewajiban umat Buddha: berbuat baik.

Tujuan dalam hidup (cita-cita):
1. Ingin cukup materi. Ukuran dalam dhamma adalah cukup. Jika berlebihan maka akan serakah.

2. Ingin punya kedudukan yang tinggi. Punya kedudukan bukan aji mumpung. Gunakan kesempatan pada saat punya jabatan tinggi untuk berbuat baik.

3. Ingin hidup sehat dan umur panjang. Bagaimana supaya berumur panjang? Jangan memperpendek umur makhluk lain. Bisa juga dengan fangshen. Kalau ingin sehat, harus olahraga. Jangan lupa untuk berbuat baik.

Jika kita sudah punya semuanya maka gunakan untuk berbuat baik, sehingga kita bisa terlahir di alam surga.

Dalam keluarga, kita harus punya cinta dan cita. Ketika kita sudah memiliki itu, maka kita akan berbahagia. Dengan demikian hidup kita akan harmonis.

Sabtu, 20 April 2013

Perkataan Benar

Dhammadesana oleh: Bapak Hendra Wijaya
Tanggal: 14 April 2013
Tempat: Vihara Dharmakirti

Buddha bukan hanya mengajarkan jangan berkata dusta, tapi juga perkataan benar.

Perkataan benar ada 4 hal:
- tidak berkata dusta
- jangan berkata kasar
- tidak berkata fitnah
- tidak bergosip (omongan sampah)

Kenapa di Pancasila Buddhis hanya disebutkan tidak berkata dusta?
Karena itu adalah yang paling sulit. Orang bisa berkata halus, tapi isinya bohong. Kalau perkataan kasar itu pasti perkataan tidak benar. Fitnah, itu sudah pasti bohong. Tidak bergosip juga adalah bohong.

Ajaran Buddha kepada Rahula:
"Demikianlah Rahula seharusnya engkau melatih diri, aku tak akan berkata bohong sekalipun dalam canda."

Ada orang bilang, "Mulutnya ini kasar tapi hatinya baik."
Benarkah pernyataan itu?
Mulut kasar, pada saat ia teriak-teriak pasti hatinya tak baik, ini menurut standar Buddha.

Dalam mendidik anak jangan sampai memaki-maki. Kata Buddha, jangan menyakiti anak seperti itu. Buddha tidak pernah membentak. Jika ada orang salah, berkatalah dengan damai, penuh kasih sayang. Itu standar Buddha.

Menghindari perkataan kosong. Perkataan kosong (sampah) maksudnya yaitu kata-kata tak bermanfaat secara spiritual. Contoh: kata-kata mengenai raja (pemimpin negara), kata-kata tentang mencoleng (copet), kata-kata tentang para mentri, tentang tentara, perang, tentang makan dan minum, tentang kota, daerah, tentang perempuan, pahlawan, asal mula semesta.

Pada jaman dulu banyak pelawak yang menghibur org. Ada yang percaya bahwa pelawak sesudah meninggal bisa terlahir menjadi dewa. Kata Buddha: "Orang-orang yang suka menghibur orang lain dengan kata-kata sampah yang kata-katanya berdasarkan lobha, dosa, moha, maka ketika orang tersebut mati ia akan lahir di neraka tawa. Dan, orang-orang yang percaya pada orang pelawak ini, ia akan terlahir di alam sengsara juga.

Bagaimana cara berbicara yang benar?
1. Jika suatu perkataan tidak benar, tidak bermanfaat dan tidak menyenangkan, maka jangan ngomong.
2. Kalau benar tapi tak bermanfaat dan tidak menyenangkan, jangan ngomong.
3. Kalau benar dan bermanfaat, tapi tidak menyenangkan, maka cari waktu yang tepat.
4. Kalau tidak benar, tidak bermanfaat, tapi menyenangkan, jangan ngomong.
5. Kalau tidak benar, bermanfaat, menyenangkan, jangan ngomong.
6. Kalau benar, bermanfaat, menyenangkan, silakan ngomong tapi cari waktu yang tepat.

Kesimpulan: kita patut ngomong kalau perkataan itu benar dan bermanfaat. Menyenangkan atau tidak, itu urusan nanti.

Contoh: jika pegawai malas, kita omongin di depan umum, itu tidak boleh walau benar dan bermanfaat. Yang bagusnya: cari waktu yang tepat untuk ngomong, jangan memarahi di depan umum. Ajak pegawai bicara di ruang khusus.

Menurut Ajahn Brahm, sebelum ngomong tanya 3 pertanyaan pada diri sendiri:
1. Apakah saya perlu ngomong? Apakah perlu diomongkan? Penting nggak?
2. Apakah ini benar-benar penting sekali?
3. Apakah ini benar-benar sangat penting sekali?

Apa yang keluar dari mulut kita, jauh lebih penting daripada apa yang masuk.
~Ajahn Brahm
Maksudnya ucapan kita seharusnya penuh damai dan kasih sayang.

Seandainya kita sudah baik hati dan berucap benar tapi lalu dihina orang, bagaimana sikap kita seharusnya?
Buddha berkata ada resepnya:
1. Menumbuhkan kasih sayang pada orang itu.
2. Menumbuhkan kewelasan
3. Dengan ketenangan dan keseimbangan diri.
4. Tidak menghiraukan orang tersebut.
5. Baca paritta. Sabbe satta kamayoni, kamabandhu. Jika dia berbuat salah, dia terima sendiri akibatnya.

Yang berbahaya itu reaksi kita.

Menurut Buddha, perkataan itu tidak terlalu penting. Kisahnya ada di Dhammapada 259.
Karena, biarpun kata-kata itu sedikit, tapi memancarkan kasih sayang, maka itu lebih baik daripada kata-kata yang panjang lebar tapi tidak ada kasih sayang.