Selasa, 19 Juni 2012

Burung Nuri yang Setia

Dekat Pegunungan Himalaya terdapat sebuah hutan kecil yang ditumbuhi pohon-pohon ara. Di salah satu pohon ara itu tinggallah seekor burung nuri. Dia menghabiskan hari-harinya dengan makan buah manis dari pohon itu dan minum air dari Sungai Gangga. Dia sangat puas dan gembira.

Suatu ketika seorang dewa menemui burung itu lalu mengujinya. Dengan kesaktiannya, dijadikanlah pohon itu kering kerontang dan hanya tinggal batangnya dengan lubang-lubang celah yang besar. Debu mulai bertiup melalui lubang-lubang ini. Walaupun demikian, burung nuri itu tetap tinggal di atas pohon tersebut, makanannya sekarang hanya sedikit debu, dan dia tidak pernah mengeluh sekalipun.

Dewa melihat hal ini, namun tetap ingin menguji burung nuri lebih lanjut. Lalu dia mengubah dirinya menjadi seekor angsa yang cantik dan menghampiri burung nuri itu. "Lama-lama kamu akan menderita kelaparan hingga mati jika kamu tetap tinggal di pohon ini. Mengapa kamu tidak meninggalkan pohon ini dan mencari tempat tinggal lain yang pohonnya rindang dan buahnya banyak?"

"Selama hidupku pohon ini adalah sahabatku. Dia telah memberi aku makan dan melindungiku dari teriknya matahari dan hujan. Bagaimana aku dapat meninggalkannya sekarang hanya karena dia sudah tak berguna lagi untukku?" jawab burung nuri itu.

Dewa sangat gembira mendengar jawaban yang bijaksana dari si burung nuri itu dan berkata, "Oh Burung Nuri yang setia, aku adalah seorang dewa. Mintalah kepadaku anugerah dan aku akan memberkahimu."

"Dewa Yang Agung, aku hanya menginginkan temanku si pohon ara ini. Berilah dia hidup sekali lagi penuh dengan daunnya yang lebat dan banyak buahnya."

Dewa pun tersenyum lalu dia membawa air Sungai Gangga dan menyiramkannya pada pohon tersebut. Pohon yang kering itu kini tumbuh bersemi kembali, dahan-dahan dan ranting-rantingnya penuh dengan buah-buah yang manis, pucuk-pucuknya dipenuhi oleh bunga-bunga dan daun-daun muda.

Burung nuri senang melihat pohonnya telah pulih kembali dan tak lupa ia berterimakasih kepada dewa.


Sumber:
Cerita Rakyat Buddhis, oleh: Visalakshi Johri. Penerbit Dian Dharma. 2009.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar