Kata Kalyana Mitta berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti "Sahabat dalam Spiritual."
Apa arti Sahabat Spiritual?
Makna Kalyana Mitta melebihi arti sahabat dalam bersuka ria, tetapi merupakan sahabat pembimbing bahkan bisa juga merupakan peristiwa, benda, Seorang Guru, atau siapapun yang membantu kita menjadi lebih baik, dan lebih bijaksana dalam bersikap.
Seringkali, Sahabat Spiritual sudah ada di sekitar kita tanpa kita sadari. Mungkin karena sosok Sahabat Spiritual tak harus kelihatan gagah dan hebat seperti Gatotkaca atau Superman. Tapi kadang-kadang, sosok Kalyana Mitta ini justru hadir sebagai orang yang kita anggap remeh, seperti pembantu di rumah atau hal-hal yang tidak kita suka, seperti perasaan jengkel terkena lemparan bola teman tanpa disengaja.
Maka dari itu, menyadari sosok Kalyana Mitta bisa jadi adalah orang yang sederhana, bersikap baiklah pada setiap orang. Entah itu Orangtua, Guru, atau Pembantu.
Siapa tahu, mereka sebenarnya adalah Kalyana Mitta yang akan membawa kita menjadi orang tercerahkan seperti Guru Buddha, Guru luar biasa tiada bandingnya.
Sumber: MAMIT Edisi 01 tahun 2010.
Rabu, 21 April 2010
Senin, 05 April 2010
Kebaikan Diri Sendiri dan Kebaikan Orang Lain
"Setetes Dhamma Sebongkah Berlian"
Empat jenis orang ini, O para bhikkhu, terdapat di dunia ini. Apakah yang empat itu?
Ada orang yang hidup untuk kebaikannya sendiri tetapi tidak untuk kebaikan yang lain;
orang yang hidup untuk kebaikan orang lain tetapi tidak untuk kebaikannya sendiri;
orang yang hidup tidak untuk kebaikannya sendiri dan tidak juga untuk kebaikan orang lain; dan
orang yang hidup untuk kebaikannya sendiri dan untuk kebaikan orang lain.
Dan para bhikkhu, bagaimana orang hidup untuk kebaikannya sendiri tetapi tidak untuk kebaikan orang lain?
Dia berlatih untuk menghilangkan nafsu, kebencian dan kebodohan batin di dalam dirinya, tetapi tidak mendorong orang lain untuk menghapus nafsu kebencian, dan kebodohan batin. Dia sendiri menjauhkan diri dari membunuh, mencuri, perilaku seksual yang salah, ucapan yang tidak benar dan zat-zat yang bersifat racun, tetapi dia tidak mendorong orang lain untuk pengendalian seperti itu.
Dan para bhikkhu, bagaimana orang hidup untuk kebaikan orang lain tetapi tidak untuk kebaikannya sendiri?
Dia mendorong orang lain untuk menghilangkan nafsu, kebencian, dan kebodohan batin, tetapi dia sendiri tidak berlatih untuk menghapusnya. Dia mendorong orang lain untuk menjauhkan diri dari membunuh, mencuri, perilaku seksual yang salah, ucapan yang tidak benar dan zat-zat yang bersifat racun, tetapi dia sendiri tidak mempraktekkan pengendalian seperti itu.
Dan para bhikkhu, bagaimana orang hidup tidak untuk kebaikannya sendiri dan tidak juga untuk kebaikan orang lain?
Dia tidak berlatih untuk menghilangkan nafsu, kebencian, dan kebodohan batinnya sendiri, dan tidak juga dia mendorong orang lain untuk melakukan itu. Dia sendiri tidak berlatih untuk menjauhkan diri dari membunuh dan sebagainya, dan tidak juga dia mendorong orang lain untuk pengendalian seperti itu.
Dan para bhikkhu, bagaimana orang hidup untuk kebaikannya sendiri dan untuk kebaikan orang lain?
Dia sendiri berlatih untuk menghilangkan nafsu, kebencian, dan kebodohan batin, dan dia juga mendorong orang lain untuk melakukan itu. Dia sendiri berlatih menjauhkan diri dari membunuh dan sebagainya, dan dia juga mendorong orang lain untuk pengendalian seperti itu.
Angutara Nikaya IV, 96, 99.
Empat jenis orang ini, O para bhikkhu, terdapat di dunia ini. Apakah yang empat itu?
Ada orang yang hidup untuk kebaikannya sendiri tetapi tidak untuk kebaikan yang lain;
orang yang hidup untuk kebaikan orang lain tetapi tidak untuk kebaikannya sendiri;
orang yang hidup tidak untuk kebaikannya sendiri dan tidak juga untuk kebaikan orang lain; dan
orang yang hidup untuk kebaikannya sendiri dan untuk kebaikan orang lain.
Dan para bhikkhu, bagaimana orang hidup untuk kebaikannya sendiri tetapi tidak untuk kebaikan orang lain?
Dia berlatih untuk menghilangkan nafsu, kebencian dan kebodohan batin di dalam dirinya, tetapi tidak mendorong orang lain untuk menghapus nafsu kebencian, dan kebodohan batin. Dia sendiri menjauhkan diri dari membunuh, mencuri, perilaku seksual yang salah, ucapan yang tidak benar dan zat-zat yang bersifat racun, tetapi dia tidak mendorong orang lain untuk pengendalian seperti itu.
Dan para bhikkhu, bagaimana orang hidup untuk kebaikan orang lain tetapi tidak untuk kebaikannya sendiri?
Dia mendorong orang lain untuk menghilangkan nafsu, kebencian, dan kebodohan batin, tetapi dia sendiri tidak berlatih untuk menghapusnya. Dia mendorong orang lain untuk menjauhkan diri dari membunuh, mencuri, perilaku seksual yang salah, ucapan yang tidak benar dan zat-zat yang bersifat racun, tetapi dia sendiri tidak mempraktekkan pengendalian seperti itu.
Dan para bhikkhu, bagaimana orang hidup tidak untuk kebaikannya sendiri dan tidak juga untuk kebaikan orang lain?
Dia tidak berlatih untuk menghilangkan nafsu, kebencian, dan kebodohan batinnya sendiri, dan tidak juga dia mendorong orang lain untuk melakukan itu. Dia sendiri tidak berlatih untuk menjauhkan diri dari membunuh dan sebagainya, dan tidak juga dia mendorong orang lain untuk pengendalian seperti itu.
Dan para bhikkhu, bagaimana orang hidup untuk kebaikannya sendiri dan untuk kebaikan orang lain?
Dia sendiri berlatih untuk menghilangkan nafsu, kebencian, dan kebodohan batin, dan dia juga mendorong orang lain untuk melakukan itu. Dia sendiri berlatih menjauhkan diri dari membunuh dan sebagainya, dan dia juga mendorong orang lain untuk pengendalian seperti itu.
Angutara Nikaya IV, 96, 99.
Selasa, 30 Maret 2010
Happy Couple
Bila dua sejoli saling setia, murah hati, terkendali,
dan hidup dengan benar,
Mereka bersatu sebagai suami dan istri,
Begitu mengasihi satu sama lain.
Berlimpah berkah tercurah kepada mereka.
Mereka tinggal bersama dalam kebahagiaan.
Musuh-musuh mereka akan patah semangat,
Tatkala keduanya sepadan dalam kebajikan.
Setelah hidup sesuai Dhamma di dunia ini.
Sepadan dalam kebajikan dan keyakinan.
Setelah meninggal, mereka kembali bersuka cita di alam dewa.
Menikmati kebahagiaan berlimpah ruah.
Angutara Nikaya 4: 55; II 61-62.
dan hidup dengan benar,
Mereka bersatu sebagai suami dan istri,
Begitu mengasihi satu sama lain.
Berlimpah berkah tercurah kepada mereka.
Mereka tinggal bersama dalam kebahagiaan.
Musuh-musuh mereka akan patah semangat,
Tatkala keduanya sepadan dalam kebajikan.
Setelah hidup sesuai Dhamma di dunia ini.
Sepadan dalam kebajikan dan keyakinan.
Setelah meninggal, mereka kembali bersuka cita di alam dewa.
Menikmati kebahagiaan berlimpah ruah.
Angutara Nikaya 4: 55; II 61-62.
Kamis, 18 Maret 2010
Hiduplah Sekarang dan Saat Ini
Jangan berkutat pada masa silam.
Jangan membawa-bawa peti mati yang penuh dengan kenangan-kenangan mati.
Jika Anda melakukannya, Anda hanya memberatkan diri Anda dengan beban-beban berat yang tidak benar-benar Anda miliki.
Ketika Anda membiarkan masa silam berlalu, Anda akan merasa terbebas saat ini.
Begitu pula untuk masa depan - antisipasi, rasa takut, rencana, dan harapan - biarkanlah berlalu juga.
Suatu kali Buddha bersabda, "Apa pun yang engkau pikir akan terjadi, hal itu selalu menjadi sesuatu yang berbeda." (MN 113, 21).
~Ajahn Brahm.
Jangan membawa-bawa peti mati yang penuh dengan kenangan-kenangan mati.
Jika Anda melakukannya, Anda hanya memberatkan diri Anda dengan beban-beban berat yang tidak benar-benar Anda miliki.
Ketika Anda membiarkan masa silam berlalu, Anda akan merasa terbebas saat ini.
Begitu pula untuk masa depan - antisipasi, rasa takut, rencana, dan harapan - biarkanlah berlalu juga.
Suatu kali Buddha bersabda, "Apa pun yang engkau pikir akan terjadi, hal itu selalu menjadi sesuatu yang berbeda." (MN 113, 21).
~Ajahn Brahm.
Kamis, 11 Maret 2010
Kebodohan
Badan berkaki dua ini tidak bersih.
Membawa bau busuk dan menjijikkan,
penuh dengan kotoran yang keluar dari berbagai bagian tubuh.
Dengan badan jasmani seperti itu jika orang menyombongkan dirinya dan merendahkan orang lain,
bukankah karena kebodohan semata-mata?
Sutta-nipata: 205 - 206
Membawa bau busuk dan menjijikkan,
penuh dengan kotoran yang keluar dari berbagai bagian tubuh.
Dengan badan jasmani seperti itu jika orang menyombongkan dirinya dan merendahkan orang lain,
bukankah karena kebodohan semata-mata?
Sutta-nipata: 205 - 206
Langganan:
Postingan (Atom)